Jumat 08 Nov 2013 09:35 WIB
Akses Sosial Media

Internet Ancam Anak-Anak

Anak dengan komputer. Orangtua harus mengawasi anak dalam penggunaan teknologi dan layanan di internet untuk menghindarkan mereka dari pornografi.
Foto: COMMON WIKIMEDIA
Anak dengan komputer. Orangtua harus mengawasi anak dalam penggunaan teknologi dan layanan di internet untuk menghindarkan mereka dari pornografi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan seksual melalui internet terhadap anak di Indonesia mengalami peningkatan sejak 2005. Peningkatan turut dipengaruhi oleh akses media sosial yang semakin mudah. Country Manager Indonesia Terre des Hommes Asia Tenggara Sudaryanto mengatakan, media sosial mendorong munculnya webcam child sex tourism (WCST) atau pariwisata seks anak melalui webcam. “Anak-anak rentan mengalami eksploitasi seksual saat mereka menggunakan media sosial,” kata dia, Kamis (7/11).

Pada umumnya, pelaku pariwisata seks mengunjungi negara-negara berkembang untuk melakukan kekerasan seksual. Pelaku adalah orang dewasa dan korbannya adalah anak-anak. Kini, mereka bisa melakukannya dengan memanfaatkan internet, apalagi teknologi kamera memudahkan aksi kejahatan mereka.

Meski tidak ada pertemuan fisik, Sudaryanto menuturkan, kekerasan seksual terjadi ketika pelaku berhubungan melalui internet dengan korban. Para pelaku melakukan aksi seksual dengan cara memamerkan hal yang tidak patut. “Jadi, mereka tetap abuse anak walaupun tidak ke mana-mana,” kata dia. Sudaryanto mencurigai, tiga remaja yang tertangkap di Semarang merupakan korban pariwisata seksual. Mereka ditangkap karena tidak mengenakan pakaian di warung internet. Terre des Homes memang belum melakukan riset terhadap kasus itu, tapi ada indikasi tersebut.

Penggunaan media sosial di Indonesia cukup tinggi, ketiga setelah Amerika Serikat dan Cina. Inilah yang membuat potensi terjadinya pariwisata seks semakin tinggi. Terre des Hommes Asia Tenggara mencatat Indonesia termasuk 10 besar negara dengan kekerasan seksual terhadap anak. Indonesia menduduki peringkat ketujuh pada 2005, peringkat kelima pada 2007, dan peringkat ketiga pada 2009.

Kekerasan seksual melalui internet ini bisa terjadi karena lemahnya pengawasan orang tua. Orang tua sering kali tidak tahu ancaman ketika anaknya berinteraksi dengan orang lain melalui internet. Orang tua kerap berpikir memberikan gadget lebih aman dibandingkan anaknya bermain di luar rumah. “Padahal, belum tentu,” kata Sudaryanto. n fenny melisa/rusdy nurdiansyah ed: ratna puspita

Informasi lengkap berita di atas serta berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement