Rabu 27 Nov 2013 05:50 WIB
Blackberry

Babak Baru Blackberry

Blackberry
Foto: guardian
Blackberry

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha

Blackberry Ltd mengumumkan kepergian tiga kepala eksekutif setelah masuknya John Chen sebagai chief executive officer (CEO) yang baru untuk mengembalikan kejayaan perusahaan pembuat telepon pintar (smartphone) tersebut.

Chief Financial Officer (CFO) Brian Bidulka mengundurkan diri setelah bergabung selama delapan tahun di perusahaan yang sebelumnya bernama Research In Motion (RIM) tersebut. Ia akan digantikan oleh James Yersh, yang pernah menjabat sebagai kepala kepatuhan.

Dikutip laman Bloomberg, Chief Operating Officer (COO) Kristian Tear dan Chief Marketing Officer (CMP) Frank Boulben juga meninggalkan perusahaan yang berbasis di Waterloo, Ontario, Kanada, itu. Keduanya merupakan kepala eksekutif yang dipekerjakan di bawah CEO sebelumnya, Thorsten Heins.

Blackberry tidak mencari pengganti Boulben dan Tear. Ini merupakan strategi perusahaan yang mempersempit fokusnya pada user bisnis setelah gagal menarik konsumen dengan produk-produknya. Chen yang sebelumnya menjabat sebagai CEO di Sybase Inc, mengambil alih kuasa di Blackberry pada 4 November 2013.

Chen bertanggung jawab untuk membangun kembali Blackberry sebagai perusahaan kecil namun fokus. “Perusahaan ini akan memulai langkah yang berat,” ujar analis dari Jacob Securities Inc, Sameet Kanade. Jika manajemen perusahaan tidak efektif, perusahaan tersebut akan semakin kesulitan untuk kembali seperti semula.

Dengan penjualan yang turun drastis, beban berat ada di pundak Chen. Dengan pengalamannya meningkatkan kinerja Sybase, Chen optimistis dapat memberikan yang terbaik untuk Blackberry.

Chen berjanji akan memberikan kabar terbaru tentang struktur organisasi Blackberry pada public expose laporan keuangan kuartal III yang akan dilaksanakan pada 20 Desember. Bloomberg survei memperkirakan penjualan Blackberry turun 42 persen menjadi 1,59 miliar dolar AS.

Saham Blackberry di bursa New York sudah jatuh 47 persen tahun ini dan lebih dari 95 persen dari harga tertingginya pada 2008. Pada penutupan akhir pekan, saham Blackberry berada di level 6,25 dolar AS.

Ekonom pun pesimistis upaya Blackberry untuk menjual produk multiplatformnya, Blackberry Messenger (BBM), ke perangkat telepon pintar lain dapat membantu perusahaan untuk mencapai kejayaannya kembali. Padahal, BBM adalah alasan sejumlah pengguna Blackberry untuk tetap menggunakan telepon pintar tersebut.

Setidaknya, BBM memiliki 60 juta pelanggan aktif setiap bulannya dengan lebih dari 51 juta pelanggan yang menggunakan BBM dengan waktu rata-rata 90 menit per hari. Setiap hari aplikasi ini menerima dan mengirim lebih dari 10 miliar pesan dengan waktu baca 20 detik setelah pengiriman.

BBM dilihat sebagai sistem pesan ikonik yang menarik bagi remaja dan pebisnis. Ini karena aplikasi tersebut hanya bisa berbagi dengan ponsel sesamanya. Namun, dengan sedikitnya pengguna yang terinstal, perusahaan ini harus mencari pendapatan dari keahliannya di perangkat lunak.

Langkah Blackberry itu semakin meramaikan aplikasi multiplatform lain, seperti Whatsapp, Wechat, dan Viber. Namun, agaknya BBM akan menjadi platform dengan jumlah pelanggan paling sedikit. Whatsapp mengklaim telah memiliki lebih dari 200 juta pelanggan aktif, sedangkan Wechat memiliki 190 juta pelanggan.

Konsultan Telekomunikasi dari CCS Insight, Ben Wood, mengungkapkan tidak jelas bagaimana Blackberry akan meningkatkan keuntungan dari hanya mengandalkan penjualan telepon genggam. Respons pasar sepertinya tidak berpihak kepada Blackberry. n ed: fitria andayani

 

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement