Jumat 19 Sep 2014 13:00 WIB

Warga Siap Hadapi Slamet

Red:

JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan siap menghadapi situasi terburuk terkait Gunung Slamet di Jawa Tengah. Pemerintah daerah dan Kementerian PU juga telah menyiagakan diri terkait potensi letusan Slamet mendatang.

"Jika sampai erupsi, kami bersama lima pemerintah kabupaten dan masyarakat telah siap untuk melakukan tindakan responsif," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Kamis (18/9). Menurut Sutopo, BNPB hingga saat ini telah mengucurkan dana mencapai Rp 601 juta untuk kesiapan tersebut.

Di samping itu, pihaknya juga melakukan pelatihan tanggap bencana, seperti simulasi, sosialisasi, pemetaan lokasi rawan bencana, penataan sistem logistik, serta pembangunan titik evakuasi dan posko darurat. Ia mengungkapkan bahwa simulasi bencana telah dilakukan di sejumlah lokasi sejak tahun lalu agar masyarakat memahami cara menyelamatkan diri ketika terjadi erupsi.

"Warga bisa tahu harus lari ke mana dan di mana tempat mengungsinya jika terjadi erupsi. Itu sudah disimulasikan semua," kata Sutopo. Gunung yang terletak di antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Tegal, Brebes, dan Pemalang itu kembali meletus pada Rabu (17/9) setelah mengalami penurunan aktivitas beberapa hari sebelumnya.

Tim Penanggulangan Bencana (PBA) dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) juga mengunjungi Pemkab Banyumas, kemarin. Kedatangan tim yang dipimpin oleh Staf Ahli Menteri PU Danis Hidayat Sumadilangga selaku Ketua Harian PBA Kementerian PU ini untuk menjajaki kemungkinan pemberian bantuan infrastruktur dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana erupsi Gunung Slamet.

Bupati Banyumas Achmad Husein menyatakan pemkab telah melakukan berbagai upaya antisipasi terkait erupsi Gunung Slamet. Di antaranya, berupa perbaikan jalan yang menjadi jalur evakuasi, pemasangan lampu penerangan jalan, pemasangan papan petunjuk evakuasi, dan pembagian masker.

Meski demikian, ia mengakui, masih ada beberapa infrastruktur jalan di jalur evakuasi yang belum memadai dan kurangnya alat Komunikasi. "Melalui tim ini, kami minta agar sarana tersebut bisa diperbaiki sehingga bila sewaktu-waktu dilakukan evakuasi warga, pelaksanaannya bisa berlangsung tanpa hambatan," katanya.

Mengenai kondisi Gunung Slamet, data di pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang mencatat sejak Rabu malam sejak pukul 18.00 hingga Kamis (18/9) terjadi 152 kali gempa embusan, 38 kali gempa letusan, dan dua kali gempa tremor harmonik. 

"Sedangkan dari pengamatan visual, semalam terjadi kali lontaran sinar api yang disertai lontaran material lava pijar dengan ketinggian 100-800 meter dari puncak," ujar Koordinator Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan, Pemalang, Sudrajat, Kamis. Selain itu, suara dentuman dan gemuruh dengan intenasitas kuat masih terdengar.

Ia menegaskan, hingga sejauh ini peralatan yang terpasang di pos pengamatan tidak merekam adanya gempa vulkanik dalam atau gempa vulkanik dangkal. "Ini perlu saya informasikan karena belakangan beredar isu akan terjadinya gempa akibat erupsi gunung Slamet," katanya. 

Meski demikian, sepanjang Kamis (18/9) pagi hingga siang, suara dentuman yang sebelumnya beberapa kali terdengar oleh warga Kota Purwokerto sudah tidak terdengar lagi. Sudrajat menyatakan, hingga saat ini, status Gunung Slamet masih Siaga atau level III. Areal berbahaya bagi aktivitas warga masih di radius empat kilometer dari puncak.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengiyakan aktivitas Slamet mulai mereda. "Hingga saat ini, tidak terekam gempa-gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal," ujarnya.  rep:eko widiyatno/antara ed: fitriyan zamzami

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement