Kamis 28 Apr 2016 15:00 WIB

Sudaryatmo, Direktur Institute for Transportation Studies: Operator Juga Harus Punya Antisipasi

Red:

Apa masukan YLKI dalam menghadapi arus mudik dengan fasilitas yang ada sekarang?

Pertama ini ya, soal kapasitas jalan tol. Jadi, harus diantisipasi supaya traffic lancar, antara kapasitas jalan tol dan pengguna tidak overcapacity. Kalaupun ada overcapacity, harus ada informasi dari pengelola jalan tol.

Lalu yang sebenarnya, setelah Tol Cipali beroperasi, bottle neck pindah dari pantura ke Cikampek. Jadi, nanti "neraka" angkutan Lebaran, khususnya pada hari puncak, baik keluar maupun masuk Jakarta, justru di Cikampek. Nah, sekarang yang bisa dilakukan adalah selain overcapacity, biasanya di pintu tol pembayaran. 

Bagaimana agar pengguna tak terjebak macet di gerbang tol?

Gate pembayaran itu, memang mestinya kalau sistem pembayarannya sudah e-toll, lintas operator pun tidak perlu punya gate sendiri-sendiri. Itu bisa mengurangi antrean yang biasanya mengular di gerbang tol.

Memang didorong menggunakan transaksi elektronik. Jadi, misalnya, mau dari Jakarta sampai keluar Brebes, kalau semua bisa diakses pakai e-toll, cuma satu kali transaksi. Jadi, clearing itu urusan bank. Asal ada tap masuk dan tap keluar.

Kalau dipaksa punya e-toll, akan menyulitkan konsumen?

Kendala e-toll awalnya ada perjanjian eksklusif antara Bank Mandiri dan Jasa Marga. Tapi, sesama bank BUMN sudah diselesaikan. Mestinya begini, mestinya semua e-money bisa mengakses tol. Jadi, saat ini problemnya tidak setiap e-money bisa untuk akses pembayaran jalan tol.

Mestinya, Menteri PU mengumpulkan operator tol dan Bank Indonesia supaya semua e-money bisa dipakai untuk e-toll. Dan, agar masyarakat tertarik untuk pakai e-toll.

Selain soal gerbang tol, poin apa yang bisa mengantisipasi kemacetan?

Operator jalan tol harus punya respons darurat dan tanggap, ini kaitannya dengan trafik juga. Jadi, begitu ada kemacetan, ya mereka harus ada di lapangan sehingga akumulasi dari titik macet bisa antisipasi.

Rata-rata yang terjadi saat ini, misalnya, kayak kemarin saat libur panjang akhir pekan, Cikampek sudah macet. Itu berarti tidak siap. Mestinya dari statistika trafik, operator sudah tahu apakah ini berdampak kemacetan atau tidak. Selain volume juga rest area.

Untuk angkutan Lebaran, penanganan rest area beda dengan hari biasa. Karena, rest area bagian dari hak publik. Jadi, misalnya, kayak antrean toilet perempuan sampai mengular macam-macam. Operator harus antisipasi.    Oleh Sapto Andika Candra, ed: Ferry Kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement