Rabu 30 Dec 2015 13:00 WIB

Menanti Kepastian KA Bandara

Red: operator

REPUBLIKA.CO.IDMenanti Kepastian KA Bandara

Jika waktu tempuh KA bandara hampir sama dengan transportasi lain, rencana tarif sebaiknya dikaji ulang.

Wajah Stasiun Manggarai, Stasiun Duri, dan Stasiun Batu Ceper tampak belum banyak "bersolek" hingga pekan terakhir 2015. Belum tampak ada tanda-tanda pembangunan lebih lanjut di ketiga stasiun hingga Senin (28/12). Padahal, ketiga stasiun itu nantinya akan menjadi bagian dari jalur KA cepat Bandara Soekarno-Hatta yang direncanakan akan beroperasi pada semester pertama 2017.

Senin pagi, Republika berbincang dengan Dewi Maharani (29 tahun), di Stasiun Manggarai. Dewi yang bekerja di bidang kehumasan ini bertutur sudah mengetahui rencana pengadaan KA cepat bandara sejak dua tahun belakangan. Namun, informasi yang diterima hanya sekadar kabar adanya kereta menuju Bandara Soekarno-Hatta.

"Yang saya tahu hanya akan beroperasi kereta bandara untuk ke Soekarno-Hatta seperti di Bandara Kualanamu. Informasinya pun dari berita saja. Tapi, saya tak tahu jalurnya karena kalau di beberapa stasiun Jakarta belum tampak ada pembangunan atau persiapan," kata ibu satu anak ini.

Dewi mengaku lebih sering memanfaatkan Bandara Soekarno-Hatta saat tugas luar kota. Jika tidak diantar kendaraan kantor, ia menggunakan jasa taksi untuk menuju bandara. Jarak tempuh menggunakan taksi dari kediamannya di Tebet ke Bandara Soekarno-Hatta sekitar 50 menit saat siang hari.

Ketika bepergian menuju bandara pada dini hari, Dewi bisa menempuh perjalanan lebih cepat, yakni sekitar 30 menit. Selain jasa pengantar dari kantor atau taksi, ia jarang menggunakan moda transportasi lain. Bus DAMRI menuju Bandara Soekarno-Hatta pernah sesekali digunakan. "Saya pilih yang lebih cepat sampai. Kalau memang nantinya ada kereta bandara dan benar-benar lebih cepat, pasti akan dicoba," katanya.

Sementara, bagi karyawan pemula, Anita Febriana (23), yang juga sering bepergian ke luar kota melalui Bandara Soekarno-Hatta, harga tiket KA bandara menjadi pertimbangan. Ia sempat mengakses informasi yang menyebutkan harga tiket KA bandara Rp 100 ribu.

Menurut Anita, harga tersebut kurang terjangkau. Pertimbangannya, jika dibandingkan dengan naik taksi dari Jakarta ke Soekarno-Hatta, ongkosnya hampir sama. "Menggunakan bus DAMRI atau jasa ojek online juga mungkin lebih terjangkau," ungkapnya.

Jika waktu tempuh KA bandara hampir sama dengan menggunakan sarana transportasi lain, kata Anita, tarif yang direncanakan saat ini sebaiknya dikaji ulang.

Bila kalangan muda menyoal tarif dan waktu tempuh, warga dari kalangan usia lebih tua mempertanyakan aksesibilitas menuju stasiun yang berada di rute KA cepat Bandara Soekarno-Hatta. Warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Muhammad Sulaiman (50), mengaku belum memahami benar rute stasiun yang dilintasi KA bandara.

Sulaiman berpendapat, jika akses menuju stasiun yang berada di Jakarta rawan terhalang macet, keberadaan KA bandara tetap kurang maksimal. Sebab, untuk menuju ke stasiun, warga biasanya lebih dulu merasa enggan.

Pertimbangan lain, ujar Sulaiman, adalah waktu tempuh yang akan ditawarkan KA bandara. "Kalau kondisinya begitu, saya lebih memilih diantar anak atau naik taksi ke bandara, belum ada bayangan seperti apa jika ada kereta cepat," jelasnya.

Humas PT KAI Agus Komarudin mengatakan, KA cepat Bandara Soekarno-Hatta akan berangkat dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Bandara yang berada di kawasan M1 Bandara Soekarno-Hatta. Waktu tempuh kereta tersebut diperkirakan sekitar 50 menit. "Berdasarkan kajian awal kami, tarif KA bandara Rp 100 ribu. Akan berubah atau mungkin perlu kajian lebih lanjut," tuturnya kepada Republika, akhir pekan lalu.

Menurut Agus, tarif yang dipasang telah sesuai dengan operasional kereta yang terhitung cepat. Kereta, lanjut dia, berangkat dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, Stasiun Batu Ceper, dan langsung menuju Stasiun Bandara Soekarno-Hatta.

Tahap pembangunan

Agus memastikan tidak ada kendala dalam pembangunan jalur KA cepat Bandara Soekarno-Hatta. PT KAI hanya tinggal menanti selesainya seluruh proses ganti rugi pembebasan lahan warga.

Sementara, menanti ganti rugi selesai, pembangunan Stasiun Bandara beserta jalurnya terus berlangsung. "Pada 2017, kami fokus menyelesaikan pembangunan jalur dari Stasiun Batu Ceper ke Stasiun Bandara sepanjang 12,1 kilometer," jelas Agus.

Setelah itu, jalur Stasiun Manggarai ke Stasiun Batu Ceper akan dipersiapkan. Di jalur sepanjang 24,2 kilometer ini akan ada empat stasiun yang dilewati kereta, yakni Stasiun Manggarai, Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, dan Stasiun Batu Ceper. Keempat stasiun rencananya akan dipugar menjadi stasiun dua lantai dan tiga lantai untuk keperluan KA cepat bandara maupun integrasi dengan moda transportasi lain.

Agus melanjutkan, pihaknya tetap optimistis operasional KA cepat Bandara Soekarno-Hatta tepat waktu pada semester pertama 2017. Pasalnya, pembebasan lahan untuk pembangunan jalur telah mencapai 44 persen dari 815 bidang lahan yang diperlukan. Data tersebut berdasarkan pembayaran ganti rugi terakhir yang difasilitasi Badan Pertanahan Negara (BPN) Kota Tangerang, pertengahan bulan ini.

Sementara itu, saat dihubungi pada Senin (28/12), Kepala BPN Kota Tangerang Himsar mengatakan, pembayaran pembebasan lahan akan kembali dilakukan pada Selasa (29/12). "Kami harapkan akhir tahun ini pembebasan lahan bisa mencapai sekitar 60 persen," tutur dia.

Hingga akhir tahun, masih ada ada 89 warga yang saat ini mengajukan kasasi gugatan perdata pembebasan lahan di Mahkamah Agung (MA). Menurut jadwal, putusan MA baru akan keluar pada 8 Februari 2016.

Sebanyak 89 warga tersebut tinggal di Kelurahan Poris Plawad, Kota Tangerang. Dalam gugatannya, warga menginginkan kesepakatan dan proses ganti rugi yang tidak merugikan mereka.

Selain soal gugatan warga, pihak BPN Kota Tangerang juga masih menanti keputusan teknis pembebasan lahan yang berada di antara rel KA dan lokasi Tol JORR II. Jalur KA bandara nantinya akan berdiri di atas bidang tanah sepanjang 1,9 kilometer itu. Bidang tanah diketahui berada di wilayah Kelurahan Batu Sari dan Batu Jaya, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang. Hingga saat ini, pendataan fisik lahan dan bangunan di kawasan itu belum dilaksanakan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika dari BPN Kota Tangerang dan Kecamatan Batuceper, di atas lahan sepanjang 1,9 hektare itu lebih didominasi bangunan pabrik. Di kawasan tersebut juga ada sejumlah permukimam warga, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. c36 ed: endro yuwanto 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement