Sabtu 09 Apr 2011 19:41 WIB

as Sadr: Serangan Dilancarkan Lagi Jika AS tak Segera Hengkang dari Irak

REPUBLIKA.CO.ID,BAGHDAD;;Pemimpin garis keras Syiah Moqtada as-Sadr, Sabtu, mengatakan para pendukungnya akan memulai kembali aksi perlawanan mereka terhadap pasukan Amerika Serikat di Irak jika pasukan itu tidak mundur sesuai rencana pada akhir tahun ini.

"Jika pasukan AS tidak meninggalkan Irak tepat pada waktunya, kami akan meningkatkan perlawanan dan memulai kembali kegiatan-kegatan Tentara Mahdi," kata as-Sadr dalam satu pernyataan keras yang dibacakan juru bicaranya di hadapan ribuan pengikutnya di Taman Mustansariyah, Baghdad utara.

Ia mengacu kepada milisinya yang melakukan pemberontakan berulang-ulang terhadap pasukan yang dipimpin AS di Irak sebelum menghentikan aksinya Agustus 2008. "Amerika pergi, pergi," kata juru bicara Salah al Obeidi, yang mengulangi peringatan itu, ketika berbicara dalam ulang tahun kedelapan pada hari presiden Irak Saddam Hussein disingkirkan dan Baghdad jatuh ke tangan pasukan yang dipimpin AS.

Pasukan AS harus mundur "sekarang, sekarang, sekarang", ia memperingatkan saat membacakan pernyataan as-Sadr, yang membagikan waktunya antara kota suci Najaf dan Iran, tetangga Irak. "Amerika keluar, keluar," tambahnya.

Pesan dari as-Sadr itu dikeluarkan sehari setelah Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengakhiri kunjungan dua hari ke Irak. Selama kunjungan tersebut, ia mengatakan pasukan AS dapat tetap berada di Irak setelah tahun 2011 dalam jumlah tertentu jika diminta.

Gates meminta para politikus Irak mempercepat permintaan mereka jika mereka menginginkan sejumlah pasukan untuk tetap tinggal di negara itu. "Pesan dasar saya kepada mereka adalah (bagi kami) hanya ditempatkan di beberapa daerah tempat mereka masih memerlukan bantuan. Kami membuka kemungkinan itu," kata menteri itu , yang berbicara di satu pangkalan militer AS di Irak utara.

"Tetapi mereka harus meminta, dan waktunya hampir habis bagi Washington," kata Gates setelah berembuk dengan Perdana Menteri Nuri al Maliki, Presiden Jalal Taabani dan Massud Barzani, pemimpin wilayah otonomi Kurdistan di Irak utara. Tetapi pernyataan as-Sadr memperingatkan bahwa pasukan AS "harus meninggalkan Irak".

Hampir 50.000 tentara AS masih tetap berada di Irak, menurun dari puncaknya lebih dari 170.000 prajurit setelah invasi, dan menjelang penarikan penuh yang direncanakan akhir tahun ini.

As-Sadr, yang dikatakan berusia 30 tahunan, meraih popularitas luas di kalangan warga Syiah di Irak dalam beberapa bulan setelah invasi pimpinan AS tahun 2003 dan pada tahun 2004 Tentara Mahdi, yang dipimpinnya, terlibat pertempuran dengan pasukan AS dalam dua konflik berdarah.

Ia diidentifikasi oleh Pentagon tahun 2006 sebagai "ancaman terbesar bagi stabilitas di Irak".

Milisinya paling aktif dan kelompok Syiah bersenjata yang takuti, dan dituduh oleh Washington terlibat pembunuhan ribuan warga Sunni.

Tetapi pada Agustus 2008, as-Sadr menghentikan kegiatan Tentara Mahdinya, yang jumlahnya pernah mencapai puluhan ribu orang, setelah serangan besar-besaran pasukan AS dan Irak terhadap pangkalan-pangkalannya di Baghdad dan Irak selatan dalam musim semi.

Setelah gencatan senjata, para komandan militer AS mengatakan aksinya telah membantu penurunan tajam dalam tingkat aksi kekerasan di seluruh Irak. Ulama yang sangat anti-AS itu yang melanjutkan studi agama di kota suci Iran, Qom, adalah putra Ayatollah Mohammed Sadiq as-Sadr --yang disegani.

sumber : antaraas
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement