REPUBLIKA.CO.ID,BENGHAZI--Jerman pada Senin mengakui dewan pemberontak Libya sebagai satu-satunya wakil sah negara itu dan berjanji akan membantunya memulihkan ekonomi yang bermasalah segera setelah Muamar Qaddafi tersingkir. Jerman menentang kampanye pengeboman Barat di Libya, dengan mengatakan campur tangan militer bukan cara terbaik untuk mengakhiri kekuasaan Qaddafi yang telah berlangsung empat dekade dan menolak seruan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bagi dukungan lebih besar untuk melancarkan aksi militernya.
Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle yang sedang mengunjungi Benghazi, ibu kota wilayah pemberontak Libya, memebela sikap Jerman dengan mengatakan Berlin bertekad membantu menggulingkan Gaddafi tetapi melalui cara-cara damai. "Kami tak mengubah keputusan. Kami berpendapat Kolonel Qaddafi telah kehilangan (legitimasi) untuk berbicara mengatasnamakan rakyat Libya. ... Fakta bahwa kami tidak ikut dalam intervensi militer berarti kami netral," katanya dalam jumpa pers.
"Kami memutuskan tidak berpartisipasi dengan mengerahkan tentara kami dalam intervensi militer ini. Kami punya alasan untuk ini. Kami menghormati negara-negara yang memutuskan mengambil cara berbeda. tapi kami pikir kami punya tujuan sama." Sedikitnya lima anggota Uni Eropa sebelumnya mengakui Dewan Transisi Nasional, yang berkedudukan di Benghazi di bagian timur Libya.
Pemerintah Qaddafi berada di Tripoli di bagian barat Libya. "Dewan nasional itu merupakan wakil sah rakyat Libya," kata Westerwelle. Warga Libya yang mendengarkan pidatonya memberikan sambutan hangat setelah ia membuat pernyataan itu.
Berbicara bersama Westerwelle, Menteri Luar Negeri dari pihak pemberontak Ali El--Essawi mendesak semua negara untuk mematuhi satu resolusi PBB yang memberi mandat serangan udara atas posisi-posisi pasukan Gaddafi untuk melindungi warga sipil tetapi menunjukkan kekurangpuasan dengan posisi Jerman. "Kami memahami alasan-alasan setiap negara. Bagi Jerman, ada peran lain yang bisa dimainkan untuk membantu warga Libya guna (mencapai) tuntutan sah mereka," katanya.
Westerwelle, yang disertai oleh Menteri Pembangunan Internasional Dirk Niebel dan sejumlah pejabat pemerintah lainnya, mengatakan Berlin akan membantu para pemberontak secara ekonomi. Dalam satu pernyataan terpisah, Jerman mengatakan pihaknya akan menyediakan dana senilai 7 juta euro (10 juta dolar AS) bagi bantuan sementara dan darurat untuk membantu usaha-usaha stabilisasi.
Jerman mengirim satu misi pencari fakta di Libya untuk menemukan apa yang perlu dan bagaimana membantunya, khususnya membangun kembali negara di Afrika itu.