REPUBLIKA.CO.ID,Mantan pengurus Persija Jakarta Sonny Sumarsono mengatakan bahwa PSSI tidak akan mudah menggabungkan kompetisi Superliga Indonesia dengan kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI), apalagi LPI adalah kompetisi yang hanya berjalan setengah musim.
Oleh karena itu, Sonny menilai PSSI harus mencari formula terbaik untuk menjadi solusi jika kepengurusan PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husein merasa 'wajib' memasukkan LPI ke dalam wadah PSSI.
"PSSI harus mencari format terbaik untuk kompetisi ini. Sebab banyak hal yang harus disinkronkan ketika ada keinginan memasukkan LPI ke dalam wadah PSSI. Masalahnya, LPI tak memiliki konfigurasi yang sama dengan Superliga," ujar Sonny.
Sonny memaparkan banyak hal yang tampaknya akan sulit bagi LPI untuk dileburkan ke dalam kompetisi Superliga. Dan yang paling mendasar adalah status profesional sebuah klub. Sonny mengingatkan bahwa FIFA dan AFC memiliki regulasi yang tegas dan jelas, yakni sebuah klub memenuhi lima standar atau aspek yang menjadi persyaratan utama.
Kelima aspek tersebut adalah kepemilikan SIUP, kelayakan usaha, kepemilikan modal bergerak dan tak bergerak, dan memiliki neraca tentang perimbangan antara pengeluaran dan pemasukan selain memiliki perencanaan bisnis. Dan Sonny menilai klub LPI belum memenuhi lima unsur tersebut sehingga merger sangat sulit terjadi.
"Antara modal yang dimiliki dan beban usaha yang harus dikeluarkan harus ada perimbangan meskipun semuanya harus dilalui secara bertahap. Semisal dalam neraca tahun pertama mengalami kerugian Rp3 miliar, maka tahun berikutnya jumlah kerugian harus menyusut separuhnya, demikian seterusnya," ujar Sonny.
"Kalau memang berniat ingin menggabungkan kompetisi ini, apanya yang mau digabungkan? 12 klub anggota LPI yang ada selama ini belum memiliki aset yang berwujud. Jika merger diartikan sebagai menjual, maka siapa yang akan membelinya karena dari merger itu harus ada nilai tambah yang akan diraih," ujarnya.