Kamis 04 Aug 2011 10:00 WIB

Antara AC Milan dan Nahdathul Ulama

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Didi Purwadi
. Sejumlah pengunjung melintas di belakang replika mantan pemain AC Milan Maurizio Ganz di lobby barat Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (3/8).
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
. Sejumlah pengunjung melintas di belakang replika mantan pemain AC Milan Maurizio Ganz di lobby barat Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ada suasana berbeda di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Rabu (3/8). Di lantai dua ruang VIP Barat, terpampang layar berukuran 2X2 meter. Tidak ada yang istimewa dari layat itu, kecuali gambar yang disajikan di dalamnya. Layar yang jadi cakrawala penghubung kota Milan dengan Jakarta.

Jam dinding Gelora Bung Karno menunjukkan jarum di angka tiga siang. Sedangkan, waktu Milan baru menginjak jam delapan pagi.

Di layar, terpampang sebuah ruangan yang tersaji berbagai jenis piala. Ada sebuah Piala Liga Champions. Ada pula piala Liga Italia yang bertuliskan angka 2011.

Pemandangan yang tersaji ini adalah suasana di kantor pusat klub raksasa Italia, AC Milan. Markas AC Milan itu pun terhubung langsung dengan Gelora Bung Karno via layanan Skype.

Sementara di Italia ruangan dipenuhi piala, di stadion kebanggan Indonesia ruangannya dijejali sekumpulan orang. Tidak ada piala yang terpampang di sana, hanya sebatas antusiasme penonton yang tidak sabar menyaksikan AC Milan berlaga.

Halo Massaro

Pemandangan Milan dan Jakarta itu tak lain sebagai awal seremoni jelang partai amal antara AC Milan dan legenda sepak bola nasional yang rencananya akan berlangsung di Jakarta pada 4 September 2011. Hari itu salah satu legenda Milan dijadwalkan menyampaikan keterangan pers kepada media dan para penggemar di Jakarta via dunia maya.

Saat yang ditunggu ahirnya tiba. Seorang pria tampak terekam di atas layar. Pria berperawakan tambun dan berwajah khas Mediterania. "Hello..I'm Daniel Massaro," ujarnya sembari melayangkan tangan.

Kata yang terucap dari tanah Italia itu langsung disambut gegap-gempita puluhan Milanisti yang berjarak ribuan kilometer dari Milan. Mereka menyambut Massaro yang notabene legenda Milan era 1990-an. Puluhan Milanisti di Gelora Bung Karno langsung meneriakkan yel-yel:"Forza Milan..Forza Milan..."

Mendengar teriakan dari Milanisti di Jakarta, Massaro berpaling badan dan mengambil piala yang terletak di sudut ruangan. "Uh..Cukup berat piala ini. Ini adalah gelar juara Liga Italia yang baru saja kita rebut," ujar Massaro yang langsung disambut tepuk tangan meriah Milanisti.

Dalam kesempatan itu, dia mengungkapkan ketidak-sabarannya untuk menginjakkan kaki di Indonesia dan bermain di atas rumput Gelora Bung Karno. Massaro berujar bahwa dia tidak datang sendiri. Banyak eks pemain Milan lain yang akan bahu membahu untuk meladeni permainan Rully Nere, Ricky Yakobi, atau Ponaryo Astaman.

"Di posisi kiper ada Dida, ada Franco Baressi, Serginho, Vieri. Untuk Paolo Maldini, saya belum bisa memastikan kehadirannya," ungkap Massaro menyebut skuat legenda Milan.

Selagi asyik berkata-kata, muncul sosok pria di tampilan layar. Pria yang tidak asing bagi Milanisti di Jakarta. Histeria luar biasa kontan terjadi. Sang pria pun muncul sembari melayangkan sapa. "Hai.." Begitu kata yang terlontar dari seorang Franco Baressi.

Baressi menyebut bahwa dia akan datang untuk memimpin para legenda Milan di Jakarta. Satu alasan yang memotivasinya bermain setelah sekian lama gantung sepatu adalah kemanusiaan. Seluruh pemasukan di laga ini akan dialokasikan ke lembaga sosial untuk kepentingan bantuan bencana di sejumlah kota di Indonesia.

"Kami harap dapat memberi hiburan sekaligus menjadi momen sosial untuk membantu sesama," kata Baressi seperti diterjemahkan oleh stafnya.

NU

Gelora Bung Karno saat itu tidak hanya dihuni Milanisti, tapi juga sederet pembicara. Di antara deretan pembicara terselip satu tokoh organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdathul Ulama (NU). Dia adalah Wakil Ketua PB NU, As'ad Said Ali.

Di belakang As'ad, terpampang lambang ormas islam itu bersama foto Baressi dan lambang klub AC Milan. Sontak pertanyaan muncul. Apa hubungan NU dengan AC Milan?

As'ad pun menjawab. "NU sangat peduli dengan kegiatan sosial kemasyarakatan di mana kegiatan olahraga salah satunya," ujarnya.

Keberadaan NU pun diakui sebagai penyambung tangan Baressi cs dengan para kaum duafa dan korban bencana di Indonesia. Lewat yayasan NU, Milan akan menyalurkan bantuan hasil penjualan tiket di laga melawan legenda Indonesia.

Tiket dalam partai ini sendiri dijual bervariasi dari yang termurah Rp 50 ribu hingga RP 1,5 juta. "Kami harap hasilnya dapat berguna bagi masyarakat yang membutuhkan," katanya.

As'ad pun berujar sepakbola bukan menjadi sesuatu yang asing bagi NU. Para Nahdiyin mayoritas adalah penggemar dan pemain sepak bola antar-kampung (tarkam). "Saya dulu bahkan pernah beruji coba dengan tim nasional. Tepatnya tim nasional sepak bola putri, walau pada akhirnya kalah," ujarnya polos.

Di akhir pembicaraan, Massaro kembali angkat suara untuk memberi pesan bagi As'ad dan seluruh masyarakat Indonesia. "Selamat Idul Fitri. Tunggu saya di Jakarta nanti sambil merayakan lebaran," ujar Massaro dengan bahasa Indonesia yang terbata.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement