REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Negara Arab dan Barat, Ahad (5/2), menyampaikan kemarahan, setelah Rusia dan China memveto resolusi Arab yang dimaksudkan untuk mendukung rencana Arab guna mendesak Presiden Suriah Bashar al-Assad menyerahkan kekuasaan.
Washington pun berikrar akan menjatuhkan sanksi yang lebih beras terhadap Damaskus. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyebut veto itu "parodi".
Rusia menyatakan resolusi itu bias dan dirancang untuk memihak dalam satu perang saudara. Suriah adalah sekutu terbesar Moskow di Timur Tengah, tempat bagi pangkalan Angkatan Laut Rusia serta menjadi pelanggan senjatanya. Veto China dipandang mengikuti tindakan Rusia.
Duta Besar Washington untuk PBB Susan Rice mengatakan ia "merasa jijik" oleh veto Rusia dan China pada Sabtu (4/2), dan "setiap pertumpahan darah lebih lanjut yang terjadi sesudah itu akan berada di tangan mereka".
Hillary mengatakan Amerika Serikat akan bekerja-sama dengan negara lain guna berusaha memperketat sanksi "nasional dan regional" terhadap pemerintah Bashar "guna membuat kering sumber dana dan pengiriman senjata yang membuat mesin perang rejim tersebut tetap beroperasi".
Semua 13 anggota lain Dewan Keamanan PBB memberi suara yang mendukung resolusi itu. Resolusi dirancang untuk "sepenuhnya mendukung" rencana Liga Arab agar Bashar menyerahkan kekuasaan kepada seorang wakilnya, penarikan tentara dari berbagai kota dan dimulainya peralihan ke sistem demokrasi.