REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang juga dikenal sebagai MBS, memperingatkan Israel agar tidak menyerang Iran pada KTT Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam di Riyadh pada 11 November.
Putra mahkota secara khusus mengatakan bahwa masyarakat internasional harus membuat Israel 'menghormati kedaulatan Republik Islam Iran dan tidak melanggar wilayahnya.
Pembelaan ini terbilang menarik mengingat Iran dan Saudi sejatinya merupakan negara yang selalu berseteru. "Ini tentu saja merupakan perkembangan yang menarik," kata Mehran Kamrava, profesor pemerintahan di Universitas Georgetown Qatar, kepada Sputnik.
Kamrava menguraikan kemungkinan alasan di balik langkah putra mahkota membela Iran. Pertama, kata ia, keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menunjuk politisi anti-Iran ke posisi kebijakan luar negeri.
Langkah tersebut dapat membuat Israel semakin berani untuk meningkatkan serangan terhadap Iran dan memicu perang regional yang lebih besar. "Apa yang kita lihat adalah upaya Arab Saudi untuk mengisyaratkan ketidaksenangannya dan ketidaksetujuannya terhadap potensi perluasan konflik," kata pakar tersebut.
MBS, kata ia, telah meletakkan dasar untuk de-eskalasi, memberi Iran kesempatan 'untuk mundur dengan anggun' dari konflik dengan Israel.
"Iran kini kembali populer di kalangan masyarakat Arab karena menjadi satu-satunya tentara reguler yang menyerang Israel setelah 1973," lanjut profesor itu, yang mengisyaratkan bahwa kata-kata MBS juga merupakan bentuk dukungan kepada Teheran.
"Ini adalah bagian dari isyarat regional yang lebih luas yang dikirim ke Washington" berkenaan dengan kebijakan Timur Tengahnya secara keseluruhan, menurut Kamrava.
Sementara itu, pada bulan Oktober, Arab Saudi dan Iran mengadakan latihan angkatan laut bersama di Laut Oman.