REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ide penggabungan kompetisi ISL dan IPL yang didengungkan Menpora Andi Mallarangeng ditanggapi dingin Manajer Pelita Jaya Lalu Mara. Menurut orang dekat Aburizal Bakrie ini, penggabungan dua kompetisi yang berbeda itu hanyalah bentuk pengabaian masalah.
"Dengan berjalan keduanya, ya kita menabrak keputusan kongres dan statuta," katanya di Jakarta, Rabu (8/2).
Menurut Lalu, ide penggabungan ISL dan IPL yang diutarakan Menpora tidak relevan. Pemerintah, kata dia, tidak boleh terlalu jauh dalam mencampuri urusan persepakbolaan.
"Menteri Andi (Mallarangeng) sudah terlalu jauh mencampuri urusan PSSI, padahal itu tidak diperkenankan. Urusan PSSI biarlah diselesaikan oleh anggotanya. Pak Djohar kan dipilih oleh anggota PSSI bukan oleh pemerintah," katanya menegaskan.
Sebelumnya dalam rapat dengar pendakat dengan DPR kemarin, Menpora Andi Mallarangeng mengusulkan agar kedua kompetisi yang berseteru tersebut, ISL dan IPL, agar dilegalkan. Sehingga, menurut dia, perbedaan liga justru jadi penyemarak kompetisi sepak bola nasional.
Kedua liga pun bisa dipertemukan diakhir musim dalam sebuah duel puncak Liga Indonesia. "Dua-duanya (IPL dan ISL) bisa berada di bawah PSSI dan diakhir musim diadu. Jadi dua-duanya tetap bisa diakui," ujar Andi.
Dengan jalan itu, konflik dinilai bisa berubah menjadi persaingan positif. Baik pendukung, pemain, hingga industri sepak bola, justru akan diuntungkan dengan adanya solusi pertarungan IPL dan ISL di atas lapangan.
Andi kembali menegaskan bahwa pemerintah tidak bisa campur tangan langsung untuk mewujudkan solusi. Pihaknya hanya sebagai pemberi saran dan masukan bagi kedua kubu.
Terkait tim nasional, Andi tetap menegaskan bahwa pemerintah menolak adanya diskriminasi pemain ISL. "Setiap warga negara Indonesia tidak terkecuali, berhak memperkuat timnas," tegasnya.