REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Kekhawatiran adanya ancaman dari komunitas Muslim AS terlalu dibesar-besarkan. Demikian hasil kesimpulan studi yang dipublikasikan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan, Universitas North Carolina.
Kepala Riset, Universitas North Carolina, Profesor Charles Kurzman mengatakan, Muslim AS hanya menjadi ancaman kecil di tahun lalu. Sebab, tidak satu pun dari 14.000 pembunuhan di AS dilakukan Muslim. "Tantangan sebenarnya bagi AS adalah pandangan tentang potensi ancaman dan kekerasan," kata dia seperti dikutip dari onislam.net, Jum'at (10/2).
Hasil riset setebal delapan halaman ini juga menunjukan 462 Muslim AS ditangkap bukan karena tindak kekerasan melainkan dukungan terhadap tindak terorisme sejak tragedi 9/11, dengan rincian 343 ditangkap selama lima tahun pertama setelah tragedi 9/11 dan 119 pelanggar sejak tragedi
Kurzman juga menemukan jumlah Muslim AS yang dituduh mendukung terorisme, dengan uang atau informasi, menurun di tahun 2011. "Hanya delapan orang. Jumlah itu yang terendah sejak tragedi 9/11," kata dia.
Temuan lain, lanjut Kurzman, jumlah Muslim AS yang terlibat dalam kekerasan terhadap Amerika Serikat tetap sedikit."Persepsi publik yang terbentuk tidak sesuai dengan catatan serangan kasus per kasus," ujarnya.
Direktur Pusat Kebijakan Publik, David Schanzer mengatakan salah besar adanya prediksi peningkatan ancaman dari komunitas Muslim hanya karena persepsi. "Saya melihat hasil survei ini menghadirkan harapan kebenaran adanya ancaman tidak terjadi," katanya.
Seperti diketahui, kampanye anti-Muslim terus terjadi di AS. Dimulai dari rencana pembangunan masjid di bekas reruntuhan menara kembar, aksi pembakaran, dan diskriminasi terhadap komunitas Muslim.