Selasa 06 Mar 2012 13:10 WIB

Mujahidah: Ummu Waraqah, Kisah Sang Syahidah (1)

Rep: Heri R/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: photographyblogger.net
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Asy-Syahidah. Begitulah Rasulullah SAW menjuluki Ummu Waraqah. Sejarah Islam mencatatnya sebagai salah seorang Muslimah mulia dan yang paling mulia pada zamannya. Nabi Muhammad SAW pun sempat mengunjunginya beberapa kali.

Sejatinya, ia bernama lengkap Ummu Waraqah binti Abdullah atau dikenal dengan Ummu Waraqah binti Naufal. Sang Mujahidah adalah putri dari Abdullah bin Al- Haris bin Uwaimar bin Naufal Al-Anshariyah, dinisbahkan kepada kakeknya.

Hidupnya didedikasikan untuk kemajuan agama Allah SWT. Tak heran jika ia memiliki semangat yang begitu tinggi untuk menegakkan agama Islam. Bahkan, ia selalu bermimpi dan bercita-cita untuk mati syahid di jalan Sang Khalik. Ummu Waraqah pun tak pernah gentar dan takut selama berjuang di jalan kebenaran.

Ia rela membertaruhkan nyawanya untuk membela agama Allah SWT. Ketika pasukan tentara Muslim hendak bertempur dalam Perang Badar, Ummu waraqah langsung terpanggil.

Ia lalu berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, izinkanlah aku berangkat bersamamu, sehingga aku dapat mengobati orang-orang yang terluka di antara kalian, merawat orang yang sakit di antara kalian, dan agar Allah mengaruniai diriku mati syahid."

Mendengar permintaan itu, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah akan mengaruniai dirimu syahadah, tapi tinggallah kamu di rumahmu, karena sesungguhnya engkau adalah syahidah (orang yang akan mati syahid)."

Ummu Waraqah pun mendedikasikan hidupnya untuk agama Islam. Ia turut mengumpulkan Alquran Al-Karim. Ia  adalah seorang wanita yang ahli dalam membaca Alquran. Karena itu, Nabi SAW memerintahkannya agar menjadi imam bagi para wanita di daerahnya. Rasulullah SAW pun menyiapkan seorang muadzin baginya.

Dalam Al-Musnad dan As-Sunan dari hadits Abdurrahman bin Khalad dari Ummu Waraqah, bahwa Rasulullah SAW mengunjunginya, kemudian memberikan seorang muadzin untuknya. Abdurrahman berkata, "Aku melihat muadzin tersebut seorang laki-laki yang sudah tua."

Ummu Waraqah menjadikan kediamannya sebagai rumah Allah. Di tempat itu, ia menegakkan shalat lima waktu. Alangkah terhormatnya seorang wanita yang menduduki posisi sebagaimana seorang wanita mukminah seperti Ummu Waraqah.

Ummu Waraqah senantiasa istiqamah dengan keadaannya, yaitu menjaga syariat-syariat Allah.  Ia mengisi kehidupannya dengan menegakkan syiar Islam. Sungguh mulia akhlak Ummu Waraqah. Ia  telah menjadikan rumahnya sebagai masjid. Menghiasinya dengan ibadah. Seluruh waktunya diisi dengan sangat amanah. Tiada waktu dilalui tanpa Kitabullah. Seorang mukminah shalihah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement