Jumat 09 Mar 2012 17:39 WIB

Hujjatul Islam: Rasyid Ridha, Tokoh Reformis Dunia Islam (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Rasyid Ridha
Foto: http://lestari.info
Rasyid Ridha

REPUBLIKA.CO.ID, Selain menekuni pelajaran di sekolah tempat ia menimba ilmu, Rasyid Ridha juga rajin mengikuti beberapa perkembangan dunia Islam melalui surat kabar Al-Urwah Al-Wusqa (sebuah surat kabar berbahasa Arab yang dikelola oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, dan diterbitkan selama masa pengasingan mereka di Paris).

Melalui surat kabar ini, Rasyid Ridha mengenal gagasan dua tokoh pembaharu yang sangat dikaguminya, yaitu Jamaluddin Al-Afghani, seorang pemimpin pembaharu dari Afghanistan, dan Muhammad Abduh, seorang pembaharu dari Mesir.

Ide-ide brilian yang dipublikasikan itu begitu berkesan dalam diri Ridha dan menimbulkan keinginan kuat untuk bergabung dan berguru pada kedua tokoh itu.

Keinginan Ridha untuk bertemu dengan Al-Afghani ternyata belum tercapai, karena tokoh ini lebih dahulu meninggal dunia. Namun ketika Muhammad Abduh dibuang ke Beirut pada akhir tahun 1882, Ridha berkesempatan untuk berjumpa dan berdialog serta saling bertukar ide dengan Abduh.

Pertemuan dan dialog dengan Muhammad Abduh semakin menumbuhkan semangat juang dalam dirinya untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohannya.

Di Lebanon, Ridha mencoba menerapkan ide-ide pembaharuan yang diperolehnya. Namun, upayanya ini mendapat tantangan dan tekanan politik dari Kerajaan Turki Utsmani yang tidak menerima ide-ide pembaharuan yang dilontarkan Ridha.

Akibat semakin besarnya tantangan itu, akhirnya pada tahun 1898, Rasyid Ridha pindah ke Mesir mengikuti gurunya, Muhammad Abduh, yang telah lama tinggal di sana. Di kota ini Ridha langsung menemui Muhammad Abduh dan menyatakan keinginannya untuk menjadi murid dan pengikut setia Abduh. Sejak saat itu, Rasyid Ridha merupakan sosok murid yang paling dekat dan setia kepada Abduh.

Al-Manar

Disamping banyak memperdalam pengetahuan dan ide pembaharuan, Ridha pun mengusulkan kepada sang guru agar menerbitkan sebuah majalah yang akan menyiarkan ide-ide dan pemikiran mereka. Kemudian sang guru dan muridnya ini menerbitkan sebuah majalah yang begitu terkenal, yaitu majalah Al-manar.

Penerbitan majalah ini bertujuan melanjutkan misi majalah yang sebelumnya, Al-Urwah Al-Wusqa. Antara lain menyebarkan ide-ide pembaharuan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi; memajukan umat Islam dan menjernihkan ajaran Islam dari segala paham yang menyimpang; serta membangkitkan semangat persatuan umat Islam dalam menghadapi berbagai intervensi dari luar.

Dalam perjalanannya, majalah ini banyak mendapat sambutan, karena ide-ide pembaharuan yang dilontarkan dalam setiap tulisannya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement