REPUBLIKA.CO.ID, Lalu bagaimana dengan keberadaan hadits-hadits tentang keutamaan malam pertengahan Nisfu Sya'ban?
Al-Baihaqi tak luput menyertakan keutamaan hari itu. Salah satunya adalah riwayat yang dinukil dari Mu'adz bin Jabal.
Dalam riwayat itu disebutkan bahwa Allah SWT akan turun kepada hamba-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, kemudian mengampuni mereka semua kecuali orang yang melakukan perbuatan syirik ataupun sihir. Riwayat lain menyebutkan, di malam itu Allah mengabaikan orang kafir dan para pendengki.
Kemudian Al-Baihaqi mengutip sebuah riwayat yang menyatakan tentang anjuran menghidupkan malam itu dengan berbagai amal kebajikan. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda, "Jika datang malam pertengahan Sya'ban, maka hidupkanlah malamnya dan berpuasa di siang harinya."
Karena Allah SWT berfirman di masa itu, "Adakah orang yang meminta ampunan? Maka, Aku akan mengampuninya. Adakah orang yang mencari rezeki? Maka, akan Kuberikan kepadanya. Adakah orang yang meminta? Niscaya, Aku penuhi permintaannya." Ingatlah, kondisi itu berlangsung hingga fajar menyongsong.
Al-Baihaqi memaparkan pula hadits-hadits yang berkaitan dengan keutamaan Ramadhan. Disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah, tatkala bulan suci itu tiba, maka pintu-pintu surga akan terbuka. Sebaliknya, pintu-pintu neraka akan dikunci. Dan setan akan dibelenggu.
Dalam riwayat Abu Hurairah yang lain, Rasulullah mengatakan, tatkala pintu surga itu dibuka, seseorang memanggil dan menyampaikan seruan, "Wahai para pencari kebaikan, bersegeralah. Dan wahai para pelaku keburukan, cukupkanlah!" Al-Baihaqi memaparkan anjuran untuk memaksimalkan waktu beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Rasulullah senantiasa menghidupkan sepuluh hari terakhir dan mengajak segenap keluarganya. Al-Baihaqi memaparkan juga riwayat tentang jumlah rakaat shalat tarawih di masa Umar bin Khathab atau sesudahnya. Berdasarkan riwayat As-Saib bin Yazid, kala itu Umar memerintahkan Ubai bin Ka'ab dan Tamim Ad-Dari untuk menunaikan tarawih 11 rakaat.
Tetapi, surah yang dibaca adalah surah-surah yang memiliki jumlah ayat tak kurang dari 200 ayat. Bahkan, diceritakan pelaksanaan tarawih kala itu hingga mendekati fajar. Riwayat yang sama datang dari Aisyah. Riwayat dari Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa ia dan beberapa sahabatnya menunaikan tarawih dua puluh rakaat ditambah witir tiga rakaat.