REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak mungkin tak hadiri konferensi "Teman-teman Suriah" di Istanbul, Turki, Ahad, sebab negara itu ingin mempertahankan kemampuannya untuk bertindak sebagai penengah, kata juru bicara perdana menteri Irak. "Kami ingin mempertahankan peran penengahan kami, dan peran penengahan kadangkala memerlukan keikut-sertaan, atau tidak, dalam konferensi ini," kata Ali Mussawi sabtu malam.
Irak ingin "mempertahankan peran aktifnya dalam penengahan dan berusaha demi tercapainya penyelesaian yang akan memelihara hak rakyat Suriah, dan menghentikan pertumpahan darah", katanya.
Sikap tersebut dan penolakan tegas Irak untuk mempersenjatai kelompok perlawanan di Suriah, yang disampaikan oleh Perdana Menteri Nuri al-Maliki dalam pertemuan tingkat tinggi Arab di Baghdad pada Kamis (29/3), berbenturan dengan pendirian Qatar. Saat ini Qatar memangku jabatan bergilir presiden Liga Arab sebelum Irak.
PBB menyatakan penindasan Presiden Suriah Bashar al-Assad atas pemrotes terhadap kekuasaannya telah menewaskan lebih dari 9.000 orang sejak protes itu meletus pada Maret tahun lalu.
Qatar dan Arab Saudi telah menyeru Bashar agar mundur dan kelompok perlawanan dipersenjatai. Kedua negara tersebut mengirim delegasi pejabat rendah ke pertemuan tingkat tinggi di ibu kota Irak, Baghdad, dalam apa yang dikatakan oleh Qatar sebagai "pesan" buat Irak.
Konferensi "Teman-teman Suriah" pada Ahad diperkirakan dihadiri utusan dari 71 negara, sementara kelompok oposisi Suriah diduga dihadiri oleh Dewan Nasional Suriah (SNC).
Konferensi itu, seperti kegiatan sebelumnya di ibu kota Tunisia, Tunis, pada penghujung Februari, kembali diperkirakan tak dihadiri wakil dari Rusia dan China. Kedua negara tersebut mendukung pemerintah Bashar al-Assad --yang kini dihindari oleh tetangga Arabnya dan sebagian besar bekas sekutu Baratnya.