REPUBLIKA.CO.ID, Tepat di tengah Kota Baghdad didirikan istana khalifah yang bernama Al-Qasr Az-Zahabi (Istana Emas). Nama ini melambangkan keagungan dan kemegahan. Dibangun pula masjid raya bernama Masjid Jami' Al-Mansur. Dan, tak ketinggalan dibangun perumahan penduduk, pasar, dan kantor-kantor pemerintahan.
Al-Mansur juga membangun istana di seberang Sungai Tigris. Kemegahan dan keindahan istana itu seolah menggambarkan istana surgawi yang disebutkan di dalam Alquran. Satu istana lagi dibangun di sebelah utara kota, yang dinamakan Ar-Rusafah.
Khalifah-khalifah setelah Al-Mansur membangun Kota Baghdad dengan mendirikan sarana-sarana ibadah, pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Sehingga, pada tahun 800 M, Kota Baghdad telah menjelma menjadi kota besar yang menjadi pusat pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan politik. Penduduknya kala itu berjumlah lebih dari satu juta jiwa.
Periode keemasan
Puncak kejayaan Baghdad dicapai pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan Khalifah Al-Ma'mun (813-833 M). Keduanya punya perhatian besar pada pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Khalifah Harun ar-Rasyid mendirikan lembaga penerjemahan buku bernama Bayt Al-Hikmah (Rumah Kearifan). Lembaga ini kemudian dikembangkan oleh Al-Ma'mun menjadi lembaga pendidikan tinggi, perpustakaan, dan pusat penelitian. Ratusan ribu buku dari Yunani, India, Persia, Byzantium, dan Syria berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Tak heran jika Philip K Hitti dalam Capital Cities of Arab Islam menyebut Baghdad sebagai kota intelektual. Karena, di sana lahir banyak intelektual Muslim agung yang mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti bidang kedokteran, kimia, fisika, biologi, matematika, astronomi, astrologi, farmakologi, gaografi, filsafat, historiografi, sastra, seni, tafsir, hadis, fikih, teologi, bahasa, dan tasawuf.
Kemajuan Baghdad di bidang ilmu pengetahuan tersebut berpengaruh besar pada kota-kota Islam lainnya, seperti Kairo, Basrah, Kufah, Damaskus, Samarkand, Bukhara, dan Khurasan (kini Iran). Para pelajar dari kota-kota itu berdatangan ke Baghdad untuk menuntut ilmu.
Namun, sebesar apa pun peradaban dibangun oleh suatu bangsa, akhirnya akan jatuh juga. Itulah hukum alam. Demikian pula dengan Baghdad. Kejayaan kota itu berakhir ketika dihancurkan oleh bangsa Mongol di bawah komando Hulagu Khan dari Asia Tengah. Itu terjadi pada tahun 1258 M.
Seluruh kekayaan kota, mulai dari bangunan istana, lembaga pendidikan, rumah sakit, masjid, rumah penduduk, hingga buku-buku di perpustakaan dihancurkan. Berselang seabad kemudian, Baghdad kembali diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk (1336-1405 M). Sejak saat itu, kota ini secara bergantian dikuasai oleh Persia, Turki, dan Inggris.