REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO--Parlemen Mesir yang didominasi Ikhwanul Muslimin pada Ahad (22/4) meminta Mufti besar Mesir untuk berhenti dari jabatannya setelah melakukan kunjungan ke Yerusalem.
Perjalanan Mufti Ali Gomaa ke Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel dalam perang 1987, telah menyebabkan kegemparan di Mesir dan di seluruh kawasan Arab. Ia dikritik atas kunjungan tersebut dan dianggap telah menghidupkan kembali perdebatan tentang normalisasi dengan Israel.
Gomaa membela diri atas kunjungannya itu. Ia mengatakan kunjungnya sebagai kapasitas pribadi dan bukan kunjungan resmi. Kedatangannya ke Israel juga diakuinya sebagai respon terhadap undangan dari Yordania, yang kehilangan penguasaan kota itu tetapi tetap menjadi penjaga situs suci Muslim tersebut.
"Yerusalem berada di jantung dari setiap Muslim. Mengunjungi Yerusalem meningkatkan perasaan penolakan seseorang terhadap pendudukan dan ketidakadilan serta membantu memperkuat masalah Palestina,"kata Gomaa dalam akun Twitternya.
Mesir dan Israel memang menyepakati perdamaian pada 1979, namun, mayoritas warga Mesir secara umum menentang setiap normalisasi antara kedua negara sampai hak-hak Palestina dikembalikan.
Ikhwanul Muslimin menyebut kunjungan Gomaa sebuah sebuah bencana. Komite parlemen yang bertanggung jawab di bidang agama dalam sebuah pernyataan merekomendasikan pemungutan suara yang meminta Gomaa untuk mundur. Parlemen mendesak Gomaa meminta maaf kepada bangsa Arab dan umat Islam dan segera menyerahkan pengunduran dirinya.
"Memasuki Yerusalem yang masih menjadi wilayah pendudukan sama saja melegitimasi Israel, dan juga merupakan sinyal normalisasi dengan entitas Zionis," kata pernyataan dari parlemen.