Selasa 01 May 2012 15:03 WIB

Penantian 44 Tahun Manchester City

 Supporter Manchester City merayakan kemenangan timnya usai mengalahkan Manchester United 1-0 di Stadion Etihad, Selasa (1/5) dinihari WIB.
Foto: Matt Dunham/AP
Supporter Manchester City merayakan kemenangan timnya usai mengalahkan Manchester United 1-0 di Stadion Etihad, Selasa (1/5) dinihari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Dramatis. Manchester City yang di pertengahan musim ngos-ngosan mengejar Manchester United di papan klasemen Liga Primer Inggris, kini the Citizen berhasil mengkudeta the Red Devils dari puncak klasemen sementara. Kemenangan 1-0 di derby Manchester, Selasa (1/5) dini hari WIB, membuat City berhak merebut singgasana sementara.

Duel derby semalam bisa dibilang serupa dengan kejadian 44 tahun silam, saat kakak beradik Kota Manchester itu berebut mahkota juara Divisi I Liga Inggris musim 1967/1968 --Divisi I Liga Inggris berubah menjadi Liga Primer Inggris musim 1992/1993)--. Saat itu, City dan MU memiliki poin sama, tapi City yang memuncaki klasemen karena unggul gol average dari the Red Devils.

Di laga pamungkas, City harus bertandang ke markas Newcastle United yang saat itu tengah naik daun. Sementara MU menjamu lawan lebih mudah, Sunderland yang ketika itu nyaris terdegradasi. Tak ayal, bursa taruhan mengunggulkan MU secara menyakinkan, 20:1.

Tapi sepakbola bukan matematika. Di atas kertas, MU memiliki peluang lebih besar memenangkan laga dan meraih mahkota Liga Inggris. Tapi sepakbola dimainkan di atas lapangan rumput bukan di atas kertas. Dan City membuktikannya. MU yang saat itu tengah bersiap menghadapi klub Portugal, Benfica di final Piala Champions, justru kalah 1-2 dari Sunderland, sementara the Citizen secara dramatis menang 4-3 dari Newcastle. City pun berhak menyabet mahkota Liga Inggris untuk kali kedua setelah unggul tiga poin. Gelar pertama City diraih pada musim 1936/1937.

Dan tengok musim ini yang menyisakan dua laga. City bakal bersua Newcastle lalu menjamu Queens Park Rangers (QPR). Sementara MU bertemu Swansea dan bersua Sunderland di akhir musim.

Mantan legenda City yang menjadi bagian dari sejarah 44 tahun silam, Mike Summerbee berharap City mampu mengulang sejarah 44 silam. “Pasti fantastis sekali rasanya ketika itu berada di Manchester yang tengah menjadi pusat sepak bola,” katanya sebagaimana dilansir the Independent.

Semenara mantan winger City, Paddy Crerand menganggap MU saat itu diceraikan dewi fortuna yang berpaling kepada City. Tapi situasi berbeda sekarang. Sebab, MU diuntungkan dengan Newcastle yang berambisi menembus posisi ketiga untuk lolos ke Liga Champions musim depan. Maka kemenangan atas City menjadi harga mati, sehingga MU bisa sedikit bernafas lega.

“Menduduki posisi keempat bisa jadi tak cukup bila Chelsea juara Liga Champions musim ini. Jadi, bisa Anda bayangkan bakal seperti apa Newcastle,” kata Crerand yang kini bekerja di MUTV itu sebagaimana dilansir the Daily Telegraph.

Di tempat terpisah, pelatih City Roberto Mancini masih pesimis timnya yang bakal keluar sebagai juara. Sebab, meski berhasil mengkudeta MU di puncak klasemen, Mancini menilai City memiliki lawan lebih tangguh ketimbang MU.

"United ditunggu lawan mudah di dua pertandingan sisa. Mereka akan menghadapi Swansea dan Sunderland. Sementara itu, kami harus meladeni Newcastle dan QPR. Yang satu mengincar Liga Champions, dan satunya berusaha menghindari degradasi. Mudah bagi United, sedangkan kami mendapatkan dua tim kuat," sebut City.

Kendati demikian, kemenangan ini membuat City semakin dekat dengan trofi liga pertamanya dalam 44 tahun terakhir, sementara MU terancam mengakhiri musim 2011/12 tanpa gelar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement