REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Agenda rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perusahaan raksasa batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada Senin (6/5) ditunda. Salah satu investor Bumi yang menolak menyebutkan namanya mengatakan penundaan RUPST dan RUPS Luar Biasa tersebut karena jumlah investor yang datang tak mencapai target.
"Lamanya penundaan RUPST maksimal 21 hari dari hari ini," kata investor kepada Republika di Balai Kartini Jakarta, Senin (6/5). Agenda yang seharusnya berlangsung dimulai pukul 10.00 WIB tersebut akhirnya diputuskan ditunda pada 11.30 WIB. Presiden Direktur Bumi Resources Ari Saptari Hudaya juga menolak berkomentar saat dijumpai wartawan keluar dari ruangan.
Menurut informasi, agenda RUPST akan membicarakan tentang rencana penjaminan sebagian aset Bumi Resources. Sedangkan agenda RUPSLB akan membicarakan rencana pergantian direksi Bumi Resources.
Sebagai informasi, pada 2009 Bumi Resources meraih utang dari China Investment Corporation (CIC) sebesar 1,9 miliar dolar AS. Utang tersebut jatuh tempo yang selama empat tahun mencapai 600 juta dolar AS, jatuh tempo selama lima tahun mencapai 600 juta dolar AS, dan jatuh tempo selama enam tahun sebesar 700 juta dolar AS.
Pekan lalu, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) juga menurunkan peringkat kinerja emiten tambang batubara nomor satu di Indonesia tersebut dari stabil menjadi negatif. Analis S&P Vishal Kulkarni mengungkapkan S&P menilai arus kas operasional Bumi Resources tak bisa memenuhi kewajiban hutang perseroan yang jatuh tempo pada tahun depan.
"Nilainya mencapai 480 juta dolar AS atau setara Rp 4,41 triliun," katanya dalam keterangan pers. Hutang Bumi Resources, kata Kulkarni prospeknya negatif. Hutang tersebut bahkan lebih tinggi dari dari antisipasi S&P. Sehingga, ekspektasi kinerja operasional Bumi Resources akan melemah pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini berdampak terhadap pertumbuhan arus kas perseroan. Pada akhirnya ini akan membatasi kemampuan Bumi Resources mengurangi beban utang dalam setahun ke depan.
S&P memperkirakan rasio dana dari operasional Bumi Resources terhadap total utang berbunga tinggi itu tak mencapai level aman minimal, yaitu 12 persen dalam 12-18 bulan ke depan. Level Bumi Resources saat ini hanya 10 persen. Ini tentunya akan membatasi upaya pembayaran maupun pembiayaan kembali utang oleh Bumi Resources.