Senin 14 May 2012 18:41 WIB

Memuliakan Tamu

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Bagi umat Islam, memuliakan tamu merupakan suatu keharusan, sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW, ''Muliakanlah tamu walaupun ia seorang kafir.''

Beliau pun telah mempraktikkannya. Suatu ketika datang kepada Rasulullah tamu non-Muslim berjumlah 60 orang, 14 orang di antaranya dari kelompok Kristen Najran.Mereka dipimpin oleh Abdul Masih. Rombongan ini diterima di masjid dengan penuh persahabatan.

Bahkan, menurut Muhammad Ibnu Ja'far Ibnu Al-Zubair, sebagaimana dikutip Abdul Muqsith dalam kitab Al-Shirah Al-Nabawiyyah, karya Ibun Hisyam, ketika tiba waktu kebaktian, rombongan tamu ini diperkenankan melakukan kebaktian di dalam masjid dengan menghadap ke arah timur.

Rasulullah juga tidak membedakan tamu berdasarkan kelas dan status sosial. Suatu ketika beliau menerima seorang tamu laki-laki Arab pegunungan, kira-kira semi primitif.

Tiba-tiba tamu ini beranjak ke sudut masjid lalu kencing berdiri di sana. Terang saja para sahabat marah dan bermaksud memukulnya. Akan tetapi, Rasulullah melarang dan memerintahkan agar kencingnya ditimbun dengan pasir.

Bahkan, pernah suatu ketika Rasulullah menerima tamu yang sudah lama dicari-cari masyarakat karena terkenal sebagai tukang onar. Salah seorang sahabat menghunus pedang untuk membunuh orang tersebut, namun ditahan oleh Rasulullah dan mengatakan, ''Biarkan, kita dengarkan apa maksud kedatangannya ke sini.''

Sang tamu menyadari kalau dirinya adalah penjahat dan telah melakukan berbagai macam dosa dan maksiat. Ia menjelaskan tujuannya datang menjumpai Rasulullah, siapa tahu di masa lalunya pernah mengerjakan suatu kebaikan, maka ia akan menghibahkan kebaikan itu kepada orang yang ditunjuk Rasulullah.

Semua sahabat yang hadir di masjid tertegun mendengarkan penjelasan itu. Akhirnya, kasus ini menyebabkan turunnya ayat 114 dalam surah Hud, ''Sesungguhnya amal kebajikan itu menghapus perbuatan-perbuatan buruk.''

Betapa mulia dan agungnya pribadi Rasulullah terhadap tamu. Kita sebagai umatnya selayaknya mencontoh etika Rasulullah terhadap tamu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

(QS. At-Tahrim ayat 8)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement