Senin 21 May 2012 21:08 WIB

Minhaj Al-Abidin: Suluh Hamba Meraih Puncak Kebahagiaan (1)

Rep: AR/ Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Kitab Minhaj Al-Abidin merupakan karya terakhir Abu Hamid Al-Ghazali, sebelum sang Hujjatul Islam menghembuskan napasnya yang terakhir di Kota Thus, Provinsi Khurasan.

Ini berarti bahwa Al-Ghazali menulisnya ketika telah mencapai puncak pencarian kebenaran mutlak melalui jalan tasawuf.

Ia telah menempuh perjalanan panjang, pindah dari kota ke kota; berubah dari akal, ke panca indera, kemudian hati, untuk menentukan sarana apakah yang paling tepat menggapai kebenaran sejati.

Sangat menarik melihat perkembangan pikiran Al-Ghazali ini, sebelum akhirnya ia menulis kitab Minhaj Al-Abidin yang dinilai banyak kalangan sebagai karya terbaiknya setelah Ihya’ Ulumuddin.

Al-Ghazali memulai pencarian kebenaran mutlak dari kota kelahirannya, Thus. Di kota itu, ia belajar ilmu fikih dari Ahmad bin Muhammad Ar-Razkani At-Thusi, dan belajar ilmu tasawuf dari Yusuf An-Nassaj, Imam Haramain.

Tidak ada data sejarah yang mengabarkan sampai usia berapa Al-Ghazali belajar di Kota Thus. Hanya diketahui ketika dia berusia 20 tahun sudah belajar di Kota Jurjan dari seorang ulama bernama Abu Nasr Isma'ili.

Produktivitas Al-Ghazali dalam menulis buku meningkat tajam tatkala ia belajar di Nisapur. Disebutkan oleh Al-Zubaidi dalam bukunya, Ithafu Al-Sadah Al-Muttaqin bi Syarhi Ihya’ Ulumuddin, di Nisapur Al-Ghazali mati-matian membela mazhab di mana ia berafiliasi; terlibat dalam perdebatan dalam ranah teologi, logika, dan filsafat, dengan para ahli di bidangnya masing-masing.

Ia mematahkan argumentasi sejumlah pihak melalui buku-buku yang sangat mengesankan. Sayang, Al-Zubaidi tidak mengungkap buku apa saja yang ditulis Al-Ghazali ketika itu.

Pada 478 H, Al-Ghazali keluar dari Nisapur. Kala itu usianya 28 tahun. Banyak pendapat seputar sebab perginya Al-Ghazali dari Nisapur. Di antaranya ada yang mengungkapkan karena ia mulai skeptis dengan ilmu filsafat.

Sulaiman Dunya, dalam bukunya Al-Haqiqah fi Nazhri Al-Ghazali, mengatakan bahwa sebab terbesar skeptisisme Al-Ghazali adalah kuatnya doktrin tasawuf gurunya terdahulu, yaitu Imam Haramain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Aplikasi mobile banking syariah mana favorit Anda? Beri suara Anda dan bantu pilih layanan terbaik pilihan pengguna!

1 of 2
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement