REPUBLIKA.CO.ID, Abu Dahdah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Saya ingin jadikan ayah dan ibu saya sebagai tebusan, adakah Allah akan meminjam daripada kita, padahal Allah tidak memerlukan pinjaman dari siapa pun?”
Rasulullah menjawab, “Iya, dan Allah akan memasukkan kamu ke dalam surga dengan pinjaman tersebut.”
Suami Ummi Dahdah ini semakin penasaran, lalu bertanya lagi kepada Rasulullah, “Apabila saya berikan pinjaman kepada Allah, adakah Allah akan menjamin surga untukku dan anak-anakku?”
Rasulullah kembali menjawab, “Ya.”
Jawaban memuaskan dari Rasulullah membuat Abu Dahdah mengambil sikap, meminta tangan Nabi Muhammad diulurkan kepadanya. Ketika Rasulullah mengulurkan tangannya, Abu Dahdah menyambut dan mengatakan, kalau dia memiliki dua bidang tanah yang ditanami kurma.
Salah satunya berada di dataran rendah Madinah, sedangkan perkebunan yang lain di kawasan tinggi di Madinah. “Demi Allah, saya berikan kedua-duanya untuk jalan Allah,” ujarnya.
Rasulullah menjawab, “Abu Dahdah, jadikanlah salah satu perkebunan itu untuk Allah, dan satu lagi sebagai sumber kehidupan keluargamu.”
“Aku bersaksi di hadapanmu, ya Rasulullah. Sesungguhnya aku akan jadikan semua kebaikan kedua-dua kebun ini untuk Allah. Kebun tersebut dikelilingi sebanyak 600 pohon kurma,” kata Abu Dahdah.
“Insya Allah, Allah akan membalas surga untukmu,” sabda Rasulullah SAW.
Setelah berdialog dengan Rasulullah, Abu Dahdah menuju kebun kurmanya. Di kebun yang luas tersebut, istrinya, Ummu Dahdah sedang bersama-anak-anaknya. Abu Dahdah tidak mau menyampaikan secara langsung hasil pembicaraannya dengan Rasulullah.
Dia sampaikan lewat dendangan syair, yang intinya bahwa Abu Dahda telah mewakafkan kebun-kebun kurmanya kepada Allah. Hati kecilnya berharap istrinya mau mengerti, dan mendukung keputusannya itu.