REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Muslim Rohingya Myanmar yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh, meminta pejuang demokrasi Aung San Suu Kyi berbicara untuk membantu mengakhiri penindasan yang mereka dapatkan. Bangladesh yang berbatasan dengan Myanmar adalah rumah bagi sekitar 300 ribu pengungsi Rohingya, dimana sekitar sepersepuluh dari mereka hidup dalam kondisi memprihatinkan dalam kamp bantuan PBB.
Sedikitnya 25 orang tewas dan 41 orang lainnya terluka dalam kerusuhan lima hari antara umat Budha dan Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine. Sekitar 1.600 rumah Muslim Rohingya juga dibakar.
"Kami meminta perlindungan kepada PBB, negara-negara lain, pemerintah Myanmar dan terutama untuk Suu Kyi," ujar pemimpin pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp Nayapara di kota perbatasan Teknaf, Mohammad Islam kepada AFP.
Islam menyebut, sejauh ini Suu Kyi belum melakukan atau mengatakan apapun untuk membantu para Muslim. Padahal, Muslim Rohingya, termasuk orangtuanya mendukung Suu Kyi dalam pemilihan umum 1990. Seperti rakyat Myanmar lainnya, ia hanya diam mengenai hak Muslim Rohingya.
Dalam kunjungan pertamanya di luar Myanmar dalam 24 tahun, pada bulan lalu, Suu Kyi bertemu ribuan pengungsi Myanmar yang tinggal di kamp perbatasan Thailand. Ia berjanji untuk mencoba melakukan apapun yang ia bisa untuk membantu mereka kembali ke rumah dan bersumpah tidak akan melupakan mereka.
Islam mengatakan, sementara Suu Kyi menyoroti nasib pengungsi Myanmar lainnya yang sebagian besar orang Karen, Muslim Rohingya sudah tidak mempunyai harapan lagi. "Kami mendengar hubungan antara pemerintah dan Suu Kyi telah diperbaiki dan kini negara mengalami reformasi. Tapi untuk Rohingya perubahan ini tidak berarti apa-apa," kata Islam.