REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Anggota parlemen Myanmar, Aung San Suu Kyi, bertemu dengan pejabat di Prancis pada Rabu (27/6) setelah mendapat jaminan dari Presiden Francois Hollande bahwa Paris akan mendukung upaya perubahannya. Pada hari kedua kunjungan tiga harinya ke Prancis, Suu Kyi akan dijadikan warga kehormatan Paris dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Laurent Fabius.
Sesudah bertemu dengannya pada Selasa, Hollande menyatakan Prancis akan mendukung para pemain dalam perubahan Myanmar dan Paris siap menyambut Presiden pembaru Thein Sein jika ia ingin berkunjung.
"Saya menegaskan bahwa Prancis akan mendukung semua pemain dalam peralihan demokratik Myanmar dan akan melakukan segala yang mungkin dengan Eropa Bersatu, sehingga upata itu berjalan sampai akhir," kata Hollande pada jumpa pers bersama dengan Suu Kyi di Istana Elysee, seperti dilansir AFP.
Saat ditanya tentang Thein Sein, yang pekan lalu diundang Inggris berkunjung, Hollande berkata, "Jika ia ingin datang, ia akan datang."
Peraih Nobel Perdamaian berusia 67 tahun itu datang ke Prancis setelah disambut hangat di Swiss, Irlandia, Norwegia dan Inggris serta diperlakukan dengan hormat seperti biasa diberikan kepala negara, termasuk makan malam dengan Hollande dan pejabat tinggi lain.
Suu Kyi dibebaskan dari hampir dua dasawarsa tahanan rumah pada November 2010 dan menjadi anggota parlemen pada awal tahun ini sebagai bagian dari peralihan bertahap menuju demokrasi di negara Asia Tenggara itu. Ia menggunakan lawatan ke Eropa itu untuk menyeru penanaman modal terbuka di Myanmar.
"Kami perlu demokrasi dan pembangunan ekonomi. Pembangunan tidak dapat mengganti demokrasi, tapi harus digunakan untuk memperkuat dasar demokrasi," kata Suu Kyi. Dia menyatakan keterbukaan keuangan dalam industri ekstraktif dan bahkan usaha pada umumnya sangat penting untuk penanaman modal.