REPUBLIKA.CO.ID, Tak lama, Ulf segera tahu dirinya pun dikelilingi keanehan. Ia tak pernah tahu mengapa ia melakukan apa yang pernah dilakukannya. “Terlebih hal-hal yang berkaitan dengan Islam, karena aku sama sekali bukan seorang yang beriman pada agama apapun,” katanya.
Hingga sekarang ia tak pernah mengerti mengapa ia pernah menelepon sebuah organisasi informasi Islam di Swedia dan berlangganan newsletter mereka. Pun alasan membeli Alquran dan sebuah buku islami berjudul Islam; Our Faith. “Aku tak pernah tahu mengapa. Aku hanya melakukannya begitu saja.”
Dorongan-dorongan itu tak lantas membuat Ulf segera memberikan perhatian pada Islam. Bahkan, meski telah membaca hampir seluruh isi Alquran yang dibelinya dan menemukan bahwa isi kitab itu begitu indah dan logis, Ulf tetap berpendirian dirinya tak perlu Tuhan. “Tuhan tetap tidak punya tempat di hatiku," kenangnya.
Setahun berselang, Ulf berkesempatan mengunjungi wilayah berjuluk "Pretty Island" untuk mengabadikan musim gugur di sana. Saat itulah, berhadapan dengan hamparan pemandangan alam yang luar biasa indah, Ulf, untuk pertama kalinya, dilanda perasaan yang luar biasa.
"Aku merasa diriku adalah sebuah bagian yang sangat kecil dari sesuatu yang lebih besar." Dan sesuatu yang lebih besar itu, lanjutnya, berada di dalam sesuatu yang lebih besar milik Tuhan, yakni alam semesta. "Itu hebat! Aku tak pernah alami perasaan itu sebelumnya," ujarnya.
Tenang, dipenuhi ledakan energi, dan di atas itu semua, Ulf tiba-tiba berada dalam kesadaran penuh tentang Tuhan pada detik-detik ajaib itu. Ia tak ingat berapa lama perasaan itu tertinggal di hatinya. Ketika akhirnya ketakjuban itu berakhir saat ia kembali pulang dari Pretty Island, Ulf merasa pengalaman itu tak berdampak apapun bagi dirinya.
Perkiraan Ulf keliru, karena meski tak berdampak langsung, pengalaman itu melekat kuat dalam pikirannya. Singkat cerita, dari internet, Ulf berkenalan dengan Shahida, seorang perempuan Amerika yang juga mualaf. (bersambung)