REPUBLIKA.CO.ID, Shahida segera menjadi sahabat pena Ulf. Melalui email, Ulf kerap berdiskusi tentang Islam dan Tuhan. "Ia memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Ia berpesan padaku, 'Dengarkan kata hatimu, maka kau akan menemukan kebenaran'," tutur Ulf.
Ulf menemukan kebenaran itu. "Lebih cepat dari yang kuharapkan," katanya. Suatu hari, dalam bus yang membawanya pulang dari tempat kerja, Ulf kembali menikmati lukisan indah Tuhan yang tercipta saat matahari tenggelam. "Awan yang berpencar-pencar tampak begitu indah dengan warna merah muda dan oranye, dengan keindahan yang menyatu."
Dalam perjalanan itu, Ulf mulai berpikir tentang bagaimana Tuhan mengatur kehidupan manusia, juga tentang bagaimana dirinya yang berorientasi pada hal-hal fisik dapat meyakini keberadaan Tuhan. Untuk kedua kalinya, Ulf dilanda perasaan takjub.
Pengalaman indah lainnya ia dapati saat terbangun di pagi hari. "Pikiran pertama yang terlintas di otakku pagi itu adalah betapa bersyukurnya aku pada Tuhan karena Ia telah membuatku terbangun di hari yang baru dengan banyak kesempatan."
Pengalaman itu seolah menjadi ketukan palu akhir yang memberi Ulf keputusan akhir tentang keyakinannya. "Aku tak lagi dapat menyangkal keberadaan Tuhan," ujarnya. Namun setelah 25 tahun hidup tanpa keyakinan tentang Tuhan, Ulf kesulitan menanamkan keyakinan itu di hatinya. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk berdoa dan memfokuskan pikirannya pada Tuhan. "Aku mencoba mendengarkan kata hatiku." (bersambung)