REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak AS meroket lebih dari tujuh dolar AS per barel, Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pembeli menangkap perjanjian para pemimpin zona euro tentang langkah-langkah krisis penting sebagai sinyal bahwa permintaan akan meningkat.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) atau light sweet untuk pengiriman Agustus, berakhir melonjak 7,27 dolar AS menjadi 84,96 dolar AS per barel.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus melonjak 6,44 dolar AS menjadi 97,80 dolar AS per barel.
Ledakan pembelian terjadi setelah sebuah Konferesi Tingkat Tinggi (KTT) di mana para pemimpin penting zona euro berhasil menjembatani perbedaan untuk menyepakati langkah-langkah baru yang besar untuk mendukung bank-bank dan membantu pemerintah-pemerintah bermasalah memangkas suku bunga mereka, dan menandatangani sebuah program stimulus ekonomi 120 miliar euro (150 miliar dolar AS).
Euro melonjak lebih dari dua sen terhadap dolar, sumber lain yang mendorong kenaikan harga minyak yang dihargakan dalam mata uang dolar.
"Kabar optimis dari KTT Uni Eropa menyebarkan tanda-tanda 'bullish' di pasar minyak sehingga harga minyak mentah 'rebound' kuat dari kerugian terakhir," kata analis Sucden Financial Research, Myrto Sokou.
Harga naik "terutama karena KTT dan berita positif yang keluar," kata Justin Harper, ahli strategi pasar untuk IG Markets Singapura. "Karena harapan yang sangat rendah pada untuk memulai dengan, orang benar-benar tidak memperkirakan apa pun keluar dari KTT dan kami punya beberapa perkembangan positif, tentu saja banyak uang, 150 miliar dolar AS."
Harper tetap meragukan keberlanjutan lompatan harga. "Saya pikir itu sebuah rally jangka pendek, bisa gagal karena orang telah melihat bahwa masih banyak pertikaian antara semua anggota yang berbeda pernyataan," katanya.
"Mereka menyerang masalah jangka pendek ... masih ada banyak masalah yang harus diselesaikan begitu sayang saya pikir (rally) tidak dapat dipertahankan."