REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Rusia dan Barat masih belum menemui titik temu dalam menciptakan solusi untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah. Perundingan di Jenewa, Swiss, hari ini Sabtu (30/6) yang mempertemukan menteri luar negeri beberapa negara pun terancam gagal menyusun strategi terbaik bagi Suriah.
Moskow tetap berkeras menolak penggulingan Presiden Bashar al-Assad. Mereka menyuarakan keberatan jika Suriah dipaksa untuk menerima solusi dari pihak luar. Assad pun menyatakan tidak akan merubah kebijakan terhadap keamanan dalam negri jika ditekan pihak asing.
Di sisi lain, Barat masih menolak amandemen serta menuduh Iran meningkatkan dukungan terhadap Assad. Iran dituduh menyediakan pelatihan, senjata dan fasilitas komunikasi bagi Suriah untuk melawan oposisi.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei lavrov dan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton sudah bersua di Saint Petersburg, kemarin. Lavrov masih optimis perundingan ini akan membuah pemikiran terbaik untuk mengatasi krisis Suriah.
Lewat akun twitternyam wakil Menlu Rusia, Gennady Gartilov mengatakan, pihak Barat ingin menentukan sendiri hasil dari proses politik di Suriah. "Namun, ini adalah masalah internal Suriah," ungkapnya seperti yang dilansir Reuters.
Sedangkan para pejabat AS merasakan, HIllary belum mengintruksikan persiapan apapun untuk perundingan yang akan berlangsung hari ini.