REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Iran pada Ahad (1/7) mengatakan, perundingan-perundingan akhir pekan yang diadakan di kalangan negara-negara besar untuk mencari solusi konflik di Suriah "tidak berhasil".
"Pertemuan ini tidak berhasil ... karena Suriah tidak hadir dan beberapa negara berpengaruh juga tidak hadir," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran urusan Arab-Afrika Hossein Amir Abdolahian kepada televisi pemerintah.
Abdolahian menyoroti ketegangan "antara Amerika Serikat dan Rusia di dalam pembicaraan," yang digelar Sabtu di Jenewa. "Setiap jenis pengambilan keputusan untuk Suriah dari luar pasti tidak efektif," tambahnya.
Perundingan menyepakati rencana transisi untuk Suriah yang bahasanya mengitari seputar isu membagi kekuatan Barat di satu sisi dan Rusia dan China pada sisi yang lain: apakah Presiden Suriah Bashar al-Assad harus memiliki peran dalam pemerintah persatuan baru.
Rusia dan China mengatakan terserah kepada rakyat Suriah untuk memutuskan nasib Bashar al-Assad. Kedua negara telah memblokir tindakan-tindakan di Dewan Keamanan PBB terhadap pemerintah Bashar.
Namun Amerika Serikat bersikeras Bashar harus pergi sebagai bagian dari solusi terhadap konflik internal yang telah menelan nyawa hampir 16.000 orang sejak meletus pada Maret 2011.
Washington juga menolak Iran ikut dalam pertemuan Jenewa, sehingga negara itu dikecualikan. Padahal, Iran adalah sekutu utama kawasan Bashar, yang memasok dia dengan dana bantuan kemanusiaan dan keuangan.
Beberapa laporan Iran dan AS juga mengatakan personil militer Iran berada di Suriah dalam membantu tindakan keras terhadap kelompok-kelompok oposisi, meskipun Teheran secara resmi menyangkal tudingan itu.