REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian anggota Kongres dan para atlet Amerika marah setelah mengetahui bahwa seragam resmi tim Olimpiade Amerika ternyata dibuat di Cina.
Namun, ekonom yang meneliti industri pakaian mengatakan outsourcing (alih daya) pekerja adalah bagian tren yang lebih luas.
Profesor bisnis dari Universitas Georgetown, Pietra Rivoli memberitahu VOA bahwa produksi pakaian telah menjadi "bagian yang sangat kecil dalam peta ekonomi Amerika."
Rivoli mengatakan, "faktanya adalah sekarang, hampir 97 persen pakaian dan aparel yang dibeli di Amerika dijahit di luar negeri."
Rivoli, yang juga menulis buku "The Travels of a T-Shirt in the Global Economy," mengatakan praktik industri Amerika yang memindahkan penjahitan-garmen untuk di luar negeri mencapai puncaknya pada akhir tahun 1980-an. Dia mengatakan biaya buruh luar negeri yang lebih rendah memicu tren itu.
Praktik tersebut menjadi perhatian besar pekan ini ketika berbagai kantor berita Amerika menyoroti label "made in China" pada jas, kaus dan celana merah putih biru yang akan dipakai oleh atlet-atlet Olimpiade Amerika dalam Olimpiade mendatang di London.
Ketua Fraksi Mayoritas di Senat Amerika Harry Reid mengatakan keputusan outsourcing itu "mutlak salah" pada saat buruh industri tekstil Amerika "kesulitan mencari kerja."