Senin 23 Jul 2012 06:19 WIB

Katherine Bullock: Demi Islam, Aku Rela Jadi Warga Negara Kelas Dua (4-habis)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Heri Ruslan
 Khaterine Bullock
Foto: topscms.com
Khaterine Bullock

REPUBLIKA.CO.ID, Katherine mulai mendatangi kembali gereja. Ia temukan dirinya menangis disetiap pelayanan. Ia merasa kesulitan untuk memilih. Ia hanya mendapati hal tidak masuk akal.

Sebut saja, konsep Trinitas, Yesus adalah anak Allah, menyembah Bunda Maria. Saat ditanyakan hal itu, gereja meminta dirinya untuk tidak melihat alasan dibalik konsep itu.

Ia tidak begitu saja menerima seruan itu. Ia gali lebih dalam fondasi ajaran Kristen. Semakin dalam ia mengeksplorasi,  ia temukan bahwa perayaan Paskah telah dilembagakan ratusan tahun setelah kematian Yesus.

Selanjutnya, ia mengetahui bahwa Yesus tidak pernah menyebut dirinya Tuhan. Sementara, kabar Alkitab yang menyebutkan Yesus adalah Tuhan baru muncul 300 ratus tahun kemudian. "Aku sangat marah. Mengapa, gereja tidak memberitahukanku tentang masalah ini," kata dia.

Begitu kesal, hingga Katherine kembali meyakini bahwa Muhammad SAW memang Rasul Allah. Ia yakin bahwa Alquran adalah firman Allah. Alquran memberitahunya bahwa Yesus adalah Rasul Allah. Alquran juga mengajarkannya untuk bersikap cerdas. Alquran mendorongnya untuk mencari kebenaran hakiki. "Lagi-lagi, aku kembali membungkuk. Aku berdoa cukup lama," ucapnya.

Katherine kembali dilema, keputusannya menjadi muslimah, akan membawa dirinya menjadi warga negara kelas dua. Ia akan menghadapi rangkaian perlakuan diskriminatif. Ia pertanyakan keberanian dirinya untuk menghadapi hal itu. Ia pertanyakan pula, keberaniannya mengenakan jilbab.

Setiap hari, Katherine tak berhenti memikirkan maslaah itu. Dalam pikirannya, terbayang bagaimana ia mengalami cacian, olok-olok dan pandangan sinis. "Ayo Katty, kamu bisa. Meski anda sendirian," kata dia.

Satu malam, Katherine melalui masjid dengan suaminya.Setiap melihat bangunan itu, ia merasa begitu terikat. Ia merasa ingin masuk ke dalam bangunan itu. Hatinya bergejolak. Antara menjadi muslim atau tetap dengan mencari kebenaran lain. "Aku seolah berjudi, ketika pengurus masjid mempersilahkan masuk, maka aku akan melakukannya. Jika, tidak ada orang yang menyambut, maka aku akan mengucapkan dua kalimat syahadat di bawah pohon dekat masjid. Aku menunggu, menunggu, ternyata tidak ada pengurus yang datang," kenang dia.

Kembali, Katherine melaksanakan shalat. Ia kembali mengangkat kedua tangannya. Ia lihat sajadah hijau diantara sela jemarinya. "Dalam doaku, Ya Tuhan, aku berada disini karena Anda. Aku percaya kepada Anda. Aku percaya Kerasulan Muhammad SAW. Aku tahu, keputusanku benar. Tolong berikan kekuatan kepada hati saya untuk menjadi muslimah. Aku ingin mengabdi kepada-Mu," ungkapnya.

Usai shalat dan berdoa, Katherine tersenyum. "Aku berdiri,  melipat sejadah. Lalu, aku berbaring di sofa. Aku merasakan bebanku hilang. Alhamdulillah," pungkas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement