Senin 30 Jul 2012 20:46 WIB

Riyadhat An-Nafs, Puncak Olah Spiritual (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Satu lagi karya dari seorang ulama yang hidup di abad ke-3 Hijriah, Al-Hakim At Tirmidzi. Jangan salah, dia bukan pakar hadis, Imam Al-Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulami At-Tirmidzi.

Lewat karyanya, Riyadhat An-Nafs, Al-Hakim At-Tirmidzi, yang terjun di dunia tasawuf sejak umur 27 tahun, berbagi pengalaman selama mendalami olah spiritual, menempa diri dan jiwa guna meraih keridhaan-Nya.

Dalam kitab ini, ulama bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Al Husain bin Basyar Al-Hakim At -Tirmidzi itu membuat catatan-catatan penting perihal eksperimennya menaklukkan hati dan jiwa.

Buku ini mengupas tentang tata cara menempa diri dan jiwa menuju ketatatan yang penuh terhadap Sang Pencipta, bagaimana berinteraksi dengan manusia, termasuk mengetuk hati mereka agar berpaling ke jalan-Nya.

Kitab yang terdiri atas 14 bab ini juga memaparkan kebahagiaan sejati seorang Muslim, klasifikasi para ahli tasawuf, dan bagaimana menempatkan secara proporsional logika akal dan bahasa intuisi bagi sufi. Tak lupa, Al-Hakim juga memberikan tips sederhana untuk mendidik jiwa Muslim dan menggiringnya ke arah ketakwaan.

Kitab ini bisa dibilang sederhana. Tidak terdapat catatan pinggir (hawasyi) atau pun aksesori lainnya yang lazim dipakai dalam karya-karya klasik. Tetapi, di balik kesederhanaan itu, didapati ketajaman dan kedalaman analisis.

Hal ini sama seperti karya Al-Hakim lainnya, seperti Al-Manhiyyat, Ilal Al-Ubudiyyah, Syarh As Shalat wa Maqashiduha, Al-Hajju wa Asraruhu, dan tentunya mahakaryanya yang terkenal, Khatmul Awliya’.

Makrifat taklukkan hati

Mengawali uraiannya, tokoh yang berasal dari Tirmidz—sebuah daerah yang kini berada di wilayah Uzbekistan dan sebagian barat Kazakhstan—itu menegaskan satu hal mendasar mengenai filosofi eksistensi manusia selama hidup di dunia.

Keberadaan mereka sejatinya ialah untuk menghamba kepada Allah. Dan segala apa yang ada di bumi, Allah peruntukkan untuk membantu keberlangsungan hidup anak Adam. “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.” (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 13).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement