REPUBLIKA.CO.ID, Koresponden ABC melihat sejumlah laskar pemberontak yang terluka keluar dari Aleppo dan bala bantuan dikirim sementara pertempuran memperebutkan kota terbesar kedua Suriah itu terus berkobar.
Pemberontak masih menguasai beberapa bagian kota itu, tapi pasukan pemerintah bersenjatakan artileri dan heli serbu mendesak mereka dari satu kawasan pemukiman ke kawasan lainnya.
Koresponden ABC mengatakan, pemberontak sedang menuju ke Aleppo, membawa berbagai macam senjata api. Tapi para pakar militer mengatakan, persenjataan pemberontak terlalu ringan dan tidak terkoordinir dengan baik sehingga sulit mengalahkan militer.
Pasukan Presiden Bashar al-Assad bertekad merebut kembali Aleppo, di mana kekalahan akan merupakan pukulan strategis dan psikologis yang serius.
Amerika Serikat mengatakan, melancarkan kekerasan seperti itu terhadap rakyatnya sendiri, Assad hanya akan mempercepat kejatuhannya sendiri.
"Jelas Aleppo adalah satu lagi contoh tragis dari kekerasan membabi-buta yang dilakukan rejim Assad terhadap rakyatnya sendiri," kata Menteri Pertahanan Amerika, Leon Panetta.
"Jika mereka meneruskan serangan terhadap rakyatnya sendiri di Aleppo, saya pikir, itu pada akhirnya akan mempercepat kejatuhan Assad," ujarnya lagi.
Di Aleppo, makanan dan air semakin menipis, dan rumah-rumah sakit kewalahan dengan perbekalan terbatas untuk merawat orang-orang yang terluka.
Sementara itu, seorang lagi diplomat senior Suriah telah membelot, dan PBB mengatakan, sebuah konvoi pengamat tak bersenjata diserang dekat kota Homs. Kuasa usaha Suriah di London menjadi diplomat senior keempat yang membelot dari pemerintah Suriah.
Khalid al-Ayoubi dilaporkan mengatakan kepada pihak berwenang Inggris, ia tidak dapat lagi mewakili rejim Assad.
Departemen Luar Negeri Australia mengatakan, pemerintah Suriah memutuskan untuk menutup Kedutaannya akhir bulan lalu. Pada bulan Mei pemerintah Australia mengumumkan rencana untuk mengusir dua diplomat senior Suriah menyusul pembantaian warga sipil di desa Houla, Suriah.
Kuasa Usaha Jawdat Ali dan seorang diplomat lainnya meninggalkan Australia dalam waktu kira-kira 72 jam setelah ultimatum itu. Para diplomat lainnya meninggalkan Australia pada tanggal 26 Juni.
Dikatakan, Suriah memberitahu Australia bahwa kedutaannya ditutup pada tanggal 29 Juni. Deplu Australia menekankan, itu adalah keputusan Suriah. Dipahami bahwa beberapa staff kedutaan meminta suaka di Australia.