Kamis 02 Aug 2012 15:21 WIB

Tibet, Jejak Islam di Himalaya (3-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Lhasa di Tibet.
Foto: http://eng.tibet.cn
Masjid Lhasa di Tibet.

REPUBLIKA.CO.ID, Selain itu, Muslim Tibet juga bebas untuk mendirikan perusahaan dan menjalankan usaha serta bisnisnya. Tak hanya itu, mereka juga dibebaskan dari pungutan pajak.

Ketika umat Budha menjalani bulan suci, umat Islam tak dibatasi dari larangan memakan daging. Selain itu, Muslim Tibet juga diperbolehkan untuk memiliki areal pemakaman sendiri. Di kota Lhasa terdapat dua tempat pemakaman Muslim.

Sedangkan di Gyanda dan Kygasha masing-masing terdapat satu tempat pemakaman umum. Pemakaman itu kemudian dihiasi dengan taman. Sehingga komunitas Muslim bisa melakukan aktivitas rekreasi dan lainnya di taman itu.

Di Gyanda, diyakini terdapat makam tokoh Muslim pertama yang menyebarkan Islam di Tibet. Sedangkan pemakaman Muslim Kygasha kebanyakan digunakan oleh Muslim yang berasal dari Cina.

Mayoritas penduduk Muslim Tibet bermata pencaharian sebagai pedagang dan pebisnis. Seiring bertambah besarnya komunitas Muslim, mereka lalu mendirikan madrasah atau sekolah dasar.

Di madrasah itulah, anak-anak Muslim belajar tentang Islam seperti membaca Alquran serta shalat. Bahasa Urdu menjadi bagian dari kurikulum. Setidaknya ada dua madrasah di Kota Lhasa dan satu di Shigatse.

Selepas menempuh pendidikan dasar di madrasah, para orang tua mengirimkan anaknya untuk menempuh pendidikan lebih tinggi ke India, seperti Darul Ulum di Deobanda, Nadwatul Ulama di Lucknow, dan Jamia Millia Islamia di New Delhi. Pada masa itu, hambatan utama yang dihadapi warga Muslim Tibet untuk melanjutkan sekolah ke India adalah masalah transportasi.

Para siswa Muslim yang akan belajar ke India terpaksa harus ikut dengan rombongan para pedagang yang biasa melakukan perjalanan setahun sekali ke India. Masa-masa kedamaian dan kebebasan umat Islam Tibet beribadah dan menjalani kehidupan sosial akhirnya mulai terbatasi seiring dengan jatuhnya Tibet dalam kekuasaan Cina.

Tibet menjadi salah satu provinsi Tiongkok setelah Tentara Merah menyerbu wilayah itu pada 1950. Setahun kemudian, Cina berhasil menguasai Ibukota Lhasa dan mendongkel Dalai Lama dari kekuasaannya. Dalai Lama pun membentuk semacam pemerintahan di pengasingan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement