REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Bobby Edison santri jebolan Gontor yang sekarang aktif di wadah dakwah iHAQi dan Eka Septianto designer handal EO Diplus Indonesia bagaikan “ipin dan upin”, kompak dalam hal jejaring sosial.
Seringkali mereka meng-up date status yang sama. Entah siapa yang memulai jurus “copy-paste”. Tapi yang pasti meng-update status positif dengan niatan agar memotivasi diri sendiri dan sekaligus juga orang yang membacanya, selain tampak “Ok” tentunya.
Tidak bisa dipungkiri lagi jejaring sosial seperti facebook, twitter, YM (yahoo messenger), skype, BBM (blackberry messenger), dan sebagainya telah menjadi bagian penting keseharian kita. Tidak jarang kita mendapatkan berita-berita yang langsung secara “telanjang”, artinya tidak tersaring kebenarannya, tidak jelas sumbernya, yang penting seru, kontekstual dan “instant” langsung ada dihadapan kita dengan kecepatan penyebarannya mungkin lebih cepat dari kecepatan angin.
Seringkali kita menerima berita yang tergolong hoax atau palsu. Menurut google translate, hoax adalah pemberitaan palsu. Sedang menurut Wikipedia, hoax adalah sebuah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pembuat berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu.
Dengan berita hoax tersebut kita mestilah hati-hati dikarenakan banyak juga info bahkan hadist-hadist palsu yang disebarkan atas nama Rasulullah SAW. Atau semisal doa-doa yang sebenarnya doa yang baik namun dikirimkan beserta ancaman, seperti; “doa ini mestilah dibaca oleh sekian ribu orang agar di ijabah oleh Allah SWT. Karena itu kirimkanlah doa ini kepada minimal 50 teman Anda, jika tidak mengirimkan anda akan menjadi orang-orang yang termasuk pemutus keberkahan dan akan mendapat ganjaran yang setimpal.” Jelas ini tidaklah benar!
Ada juga tulisan-tulisan yang menyelewengkan arti dari ayat-ayat Alquran, ada juga pemikiran-pemikiran liberal yang kebablasan, banyak juga pendapat-pendapat yang seakan-akan mengasikkan, funky namun ngawur secara syar’i.
Namun ditengah-tengah rimba raya ketidakpastian, Alhamdulillah banyak juga para ustadz-ustadz yang kompeten, yang menggunakan media jejaring sosial ini untuk berdakwah, untuk mengajak kita bermuhasabah, juga untuk menyebarkan ilmu sekaligus meng-counter info-info yang tidak benar. Bahkan dengan jejaring sosial kita bisa merasa sangat dekat dengan para ulama, kyai, ustadz yang notabene sangat sibuk dalam kesehariannya.
Dengan fasilitas teknologi kita bisa segera bertanya kepada ustadz apa yang kita tidak mengerti, tidak perlu seperti dulu menunggu lama, mengejar jadwal ustadz di masjid. Dengan jejaring sosialpun ternyata banyak pula menurut salah seorang keluarga, orang yang menjadi ustadz/ustadzah “jadi-jadian” ; yang artinya orang yang selalu menuliskan sesuatu yang baik, mengutip ayat-ayat Qur’an & Hadist, mengcopy-paste dari para kyai namun kelakuan tetap saja “minus”. Artinya hanya sholeh/ah di “status up date”.
Semoga sahabat, sanak keluarga, handai taulan, Anda juga termasuk saya bukan termasuk orang-orang yang hanya saleh-salehah di status saja. Aamiin. Akhirul kalam, Mari kita lihat status yang di update oleh Bobby dan Eka dan mungkin sekali di update juga oleh sahabat-sahabat yang membaca tulisan ini.
- Uang Rp 20,000an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal mesjid tapi begitu kecil bila kita bawa ke mall.
- 45 menit terasa terlalu lama untuk berdzikir, tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pacaran dan karaoke.
- Betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop
- Susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman atau pacar
- Betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya
- Susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller 100 halaman pun habis dilalap
- Orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser, tapi berebut cari shaf paling belakang bila Jum’at-an agar bisa cepat keluar
- Susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip
- Kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al-Qur’an
- Begitu banyak orang segan/takut dipanggil sama boss, pejabat, dan orang "besar" lainnya, tapi begitu banyak orang yang cuek jika ada panggilan (adzan)/ dipanggil Allah
- Kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, bbm, tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustadz Erick Yusuf: pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
twitter @erickyusuf – [email protected]