REPUBLIKA.CO.ID, -- Kelompok Persaudaraan Muslim Mesir dalam situsnya mengatakan kelompok intellijen Israel, Mossad berada di balik satu serangan ke kantor Polisi di Sinai, Ahad.
Dalam situsnya, kelompok persaudaraan Mesir mengatakan Mossad berusaha menggagalkan laju pemerintahan Mohamed Mursi, yang sebelumnya berhasil menggulingkan pemerintahan Hosni Mobarak.
Pernyataan itu juga mengatakan serangan sebagai peringatan Mursi untuk meninjau ulang klausul perjanjian antara Mesir dan Israel.
Sejumlah pria bersenjata menyerang pos polisi Sinai, Ahad (6/8). Sedikitnya 16 polisi Mesir tewas dan tujuh lainnya terluka dalam serangan itu. Serangan itu terjadi saat matahari terbenam di kota perbatasan Rafah, ketika para tentara tengah berbuka puasa.
Juru bicara pemerintah Israel, Ofir Gendelman, mengatakan dalam akun Twitter-nya bahwa tujuh gerilyawan tewas dalam peristiwa itu; empat orang di sisi Israel dan tiga lainnya di sisi Mesir. Para militan yang dilaporkan menggunakan tiga mobil SUV juga menyita dua buah tank tentara di sebuah pos pemeriksaan sebelum menyerbu perbatasan.
Perdana menteri Israel, Benyamin Netanyahu sebelumnya juga meminta Morsi menjunjung tinggi perjanjian antar kedua negara. Dalam suratnya, Netanyahu menekankan keinginan Israel untuk melanjutkan kerja sama dan menguatkan perdamaian antar kedua negara. Israel berharap dapat melanjutkan kerja sama dengan pemerintah Mesir atas dasar perjanjian damai kedua negara yang ditandatangani pada 1979.
Pernyataan Netanyahu tersebut mewakili kewaspadaan Israel setelah Ikhwanul Muslimin kini menempati tampuk pemerintahan. Revolusi Mesir 2011 memunculkan kekhawatiran pada Israel mengenai masa depan perjanjian tersebut.