REPUBLIKA.CO.ID, Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengurusi perkara ummatku, kemudian ia tidak menutupi kebutuhan, kekurangan dan kefakiran mereka, maka pada hari kiamat Allah tidak akan menutupi kebutuhan, kekurangan dan kefakirannya.”
Kasih sayang dituntut dari seorang ’alim/guru kepada para pelajarnya, menyayangi mereka, dan mempergauli mereka dengan cara sebaik-baiknya agar mereka juga mencintainya dan mengambil manfaat dari perkataannya, sehingga Allah memberinya pahala yang agung.
Dengarkan firman Allah SWT ketika memuji rasul-Nya, Muhammad SAW, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS. Ali lmran: 159).
Kasih sayang dituntut dari pemimpin kepada yang dipimpin, tidak mempersulit mereka, tidak memasukkan bahaya atas mereka. Tetapi penyayang, pengasih dan bijaksana. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa di antara kamu mengimami manusia hendaknya ia meringankan. Sebab diantara mereka ada yang besar, ada yang sakit, ada yang kecil dan yang punya keperluan."
Dalam hadits lain diriwayatkan bahwa Mu'adz menjadi iman dan memanjangkan bacaan. Rasulullah bersabda, “Apakah engkau suka membuat orang celaka, wahai Mu’adz? Apakah kamu ini orang yang suka membuat orang celaka, wahai Mu’adz?"
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ’Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqofi berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, jadikanlah aku sebagai imam kaumku."
Rasulullah menjawab, "Anda adalah imam mereka, ikutilah yang paling lemah diantara mereka, dan ambillah seorang muadzin yang tidak mengambil upah atas adzannya."
Demikian juga mereka dituntut untuk tidak menghinakan para pelaku maksiat di hadapan hadirin. Allah SWT berfirman ketika berwasiat kepada Musa AS dan Harun AS dalam da’wah mereka kepada Fir’aun yang melampaui batas.