Senin 10 Sep 2012 06:36 WIB

Kontroversi Hadis Nabi (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah pernyataan yang kontroversial sering diucapkan orang dalam berbagai kesempatan. Seperti, “Ketergesa-gesaan (cepat-cepat) itu dari setan.” Kemudian “Sebaik-baik kebaikan ialah yang disegerakan.”

Secara lafziyah kedua pernyataan ini jelas bertolak belakang. Bagaimanakah menyikapi hal ini?

Syekh Yusuf Qardhawi, dalam kumpulan Fatwa Kontemporer-nya, menjelaskan bahwa pernyataan tersebut merupakan bagian dari sebuah hadis yang berbunyi, "Berhati-hati itu dari Allah Ta’ala dan tergesa-gesa itu dari setan.” (HR. Tirmidzi dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi).

Memuji sikap tenang dan hati-hati serta mencela sikap tergesa- gesa merupakan fitrah manusia, dan sudah menjadi kesepakatan manusia sejak zaman dahulu hingga kini. Karena itu, ada berbagai ungkapan mengenai hal ini, seperti, "Barangsiapa berhati-hati, ia akan mendapatkan apa yang diinginkan,"

Kemudian dalam riwayat lain juga diterangkan, "Dalam kehati-hatian terdapat keselamatan, dan dalam ketergesa-gesaan terdapat penyesalan.”

Al Muraqqisy berkata, ”Wahai sahabatku, berhati-hatilah dan jangan tergesa-gesa. Sesungguhnya keselamatan itu tergantung pada ketidak tergesa-gesaan engkau."

Ada pula yang berkata, "Orang yang berhati-hati sering mendapatkan sebagian dari kebutuhannya. Dan orang yang tergesa-gesa sering terpeleset dari tujuan dan cita-citanya.”

Amr bin Ash pernah berkata, “Orang yang tergesa-gesa selalu memetik buah ketergesa-gesaannya yang berupa penyesalan.”

Tergesa-gesa itu dari setan. Sebagaiman kata Ibnul Qayyim, sikap tersebut merupakan cermin bagi seseorang yang kurang berpikir dan kurang hati-hati sehingga hilang kemantapan, ketenangan, dan kesabarannya.

Akibatnya, ia meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, mendatangkan keburukan, dan menghalangi kebaikan. Ia lahir dari dua akhlak yang tercela, mengabaikan dan tergesa-gesa sebelum waktunya.

sumber : Fatawa Al-Qardhawi
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement