REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah calon haji Indonesia yang menjadi korban kejahatan di Tanah Suci sudah mencapai 60 orang. Setiap hari, selalu saja ada jamaah yang menjadi korban penipuan, pemerasan, penjambretan, dan pencurian.
Total kerugian yang diderita jamaah mencapai Rp 380 juta, terdiri dari Rp 180 juta dan 80 ribu riyal Arab Saudi. Kian banyaknya jamaah yang kehilangan uang mendapat perhatian khusus Misi Haji Indonesia Daker Makkah.
Kepala Daker Makkah, Arsyad Hidayat, mengatakan akan berupaya untuk mencari bantuan kepada organisasi sosial dan dermawan yang ada di Arab Saudi untuk membantu jamaah yang kehilangan uang. Ia berharap organisasi soal atau para dermawan itu bisa membantu jamaah yang tak memiliki uang lagi.
''Kasihan kan jamaah yang kehilangan uang akibat diperas, ditipu ataupun dirampas, apalagi yang hanya mengandalkan pada living cost,'' tutur Arsyad, Senin (15/10). Khusus untuk jamaah yang kehilangan uang di pemondokan, pihaknya akan menuntut ganti rugi sesuai kontrak.
Arsyad meminta agar petugas pengamanan agar lebih meningkatkan kinerjanya. Menurut dia, petugas harus melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi terjadinya pencurian di pemondokan. Ia juga meminta agar perlindungan terhadap jamaah selama di Masjidil Haram juga terus ditingkatkan.
Kepala Seksi Pengamanan Daerah Kerja Makkah, Letkol Jaetul Muchlis Basyir, berharap Indonesia memiliki perkampungan jamaah secara khusus. Sehingga, kata dia, jamaah haji Indonesia tak terpencar-pencar seperti sekarang. ''Sehingga, pengawasan dan perlindungan terhadap jamaah bisa lebih mudah dilakukan,'' tutur Jaetul Muchlis.
Menurut dia, untuk melindungi jamaah haji Indonesia dari aksi kejahatan perlu ada kerja sama antara pemerintah RI dengan kepolisian Arab Saudi. Saat ini, kata dia, belum ada kerja sama resmi dengan kepolisian Arab Saudi.
Ia menuturkan, di setiap sektor hanya ada satu petugas pengamanan yang berasal dari unsur TNI/Polri. Padahal, kata dia, dalam satu sektor ada sekitar 20 ribu jamaah yang harus dilindungi. ''Untuk sektor khusus Masjidil Haram, jumlah aparat TNI/Polri yang diterjunkan harus lebih banyak. Saat ini cuma empat orang.''