REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jet tempur Suriah menyerang kota Maaret al-Numan, yang dikuasai pemberontak, pada Kamis, menewaskan 49 orang, termasuk 23 anak-anak, kata regu penolong.
Di tengah pertumpahan darah itu, utusan perdamaian PBB Lakhdar Brahimi mendesakkan gencatan senjata pada Idul Adha mendatang, sementara kepala hak asasi manusia PBB menyeru Dewan Keamanan PBB bersatu menghadapi krisis itu.
Para anggota tim penyelamat mengatakan bom-bom itu menghancurkan dua rumah tempat tinggal dan satu masjid, tempat banyak wanita dan anak-anak mengungsi, di kota strategis itu. Di antara mereka yang tewas itu adalah seorang bayi berusia sembilan bulan.
Pemberontak merebut kota itu pada 9 Oktober dalam usaha membrlakukan satu zona penyangga di sepanjang perbatasan Turki. "Kami menemukan 44 mayat dari bawah puing-puing," kata seorang pekerja sosial kepada koresponden AFP di lokasi itu.
Di sebuah rumah sakit lapangan, koresponden itu melihat setidaknya 32 mayat diselimut dengan kain berwarna putih, termasuk enam anak-anak dan banyak jenazah yang rusak, serta dalam kantong-kantong plastik yang bertuliskan "bagian tubuh".
"Untuk sementara agaknya hanya tiga orang yang selamat dari serangan itu, termasuk seorang anak berusia dua tahun," kata dokter Jaffar Sjarhoub. Ia selamat dalam pelukan ayahnya yang tewas."
Beberapa jet tempur terbang di Maaret al-Numan dan daerah sekitarnya sepanjang Kamis pagi.
Pesawat-pesawat itu menjatuhkan setidaknya 10 bom di kota itu dan daerah pinggiran selatannya, dekat pangkalan angkatan darat Wadi Seif yang dikepung, yang digempur sejata berat oleh pemberontak.
Kamis siang, lima orang tewas dalam pemboman lebih lanjut atas kota itu, kata pemberontak.
Pada Kamis petang, pemberontak melancarkan apa yang mereka sebut "serangan akhir" terhadap pangkalan militer itu, satu depot penting tank-tank dan pasokan-pasokan bahan bakar minyak.
Ratusan petemPur menyerang pangkalan itu, kata korsesponden garis depan AFP. Tiga tank hancur dan setidaknya enam tentara menyerah, kata para pewira pemberontak.
Pangkalan itu terletak dua kilometer dari jalan raya Damaskus-Aleppo, dari mana pemberontak menguasai beberapa kilometer jalan itu. Akibat itu tentara tidak dapat mengirim pasukan tambahan selama tiga bulan belakangan ini.