REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Penegasan sikap kembali diperlihatkan Teheran terkait produksi dan penggunaan senjata nuklir. Duta Besar Iran untuk badan nuklir PBB, Ali Asghar Soltanieh mengatakan, nuklir adalah "ancaman bagi keamanan dan kekuasaan politik."
"Senjata nuklir tidak memberikan keamanan atau memperkuat kekuasaan politik, melainkan, merupakan ancaman bagi keamanan dan kekuasaan politik," kata Soltanieh dalam pertemuan Preparatory Commission for the Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT) di Wina, Senin (22/10), seperti dikutip Press TV.
Utusan Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA) itu juga menyatakan penyesalannya dan mengatakan tidak ada kemajuan yang telah dibuat mengenai perlucutan senjata nuklir setelah CTBT dan Non-Proliferasi nuklir (NPT) menyetujui perlucutan senjata.
"Republik Islam Iran berkomitmen untuk membebaskan nuklir dari Timur Tengah, dan tidak akan melupakan haknya untuk energi atom damai dimana semua negara berhak mendapatkannya berdasarkan hukum internasional," ujarnya.
Mengutip fatwa penentangan senjata nuklir oleh Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, Soltanieh mengatakan Iran menganggap produksi dan penggunaan nuklir sebagai "dosa besar."
Pada 22 Februari, Ayatullah Khamenei mengatakan Republik Islam menganggap mengejar dan memiliki senjata nuklir adalah "dosa besar" dari sudut pandang logis, agama dan teoritis.
Amerika Serikat, Israel dan beberapa sekutu mereka menuduh Iran mengejar sasaran non-sipil dalam program energi nuklirnya. Iran menolak keras tuduhan itu, dengan alasan bahwa sebagai penandatangan NPT dan anggota IAEA, Iran berhak untuk mengembangkan dan memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai.