REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Badai Sandy memorakporandakan sebagian kawasan Pantai Timur Amerika Serikat (AS). Bencana ini memengaruhi sedikitnya 60 juta warga di jalur badai.
Presiden Barack Obama menegaskan agar masyarakat taat evakuasi. Obama memanggil Kepala Badan Prakiraan Cuaca (FEMA) dan Pusat Badai Nasional (NHC) ke istana presiden untuk menjelaskan situasi dan penanganannya. Dari Briefing Room Gedung Putih, dia memerintahkan tim darurat federal bergerak sedini mungkin, dan memastikan bantuan bencana dan stok pangan terjaga, terutama di Bronx, Kings, Nassau, New York, Richmond, Suffolk dan Queens.
"Jelas, semua orang harus menyadari bahwa ini adalah badai besar dan kuat. Di seluruh (pesisir) timur, semua orang harus mengambil persiapan yang tepat," kata Obama. Menurut dia masyarakat tak perlu memperdebatkan upaya evakuasi yang dilakukan pemerintah.
Dia meminta warga hanya cukup mengindahkan peringatan pejabat setempat. Itu harus dilakukan untuk mengantisipasi jumlah korban. "Pesan paling penting saya sampaikan, tolong, dan tolong dengarkan apa yang dikatakan pejabat negara bagian anda," ujar Obama, dalam laman resmi Gedung Putih, whitehouse.gov, Senin (29/10).
Badai kategori satu menghantam AS, Senin sekitar pukul 05.00 waktu setempat. Pemerintahan di dua belas negara bagian sejak Ahad (28/10) sudah memperingatkan warga untuk bersiap dengan badai berkecepatan 120 kilo meter per jam kali ini.
Badai sudah menewaskan sedikitnya 20 orang, terbanyak di kawasan perjudian Atlantic City, di New Jersey, dengan 13 korban. Dua korban di Kota New York, satu pria tertimpa pohon, sedangkan seorang wanita tersengat listrik di genangan air bah. Dua korban di Weschester County. Dua lagi di Maryland, dan otoritas kepolisian Toronto mencatat satu orang.
Kota New York sendiri mengalami kelumpuhan. 'Frankeinstorm', masyarakat AS menyebutnya, mengamuk hebat di bekas Ibu Kota AS itu. Dikatakan angin menyeret air Sungai Hudson dan menenggelamkan Manhattan setinggi 14 kaki. Mengusir 375 ribu warga, dan mengosongkan 500 ribu rumah tinggal.
Air juga memaksa layanan transportasi terhenti. Stasiun bawah tanah, dan terowongan jalur kereta dipenuhi air. Kondisi kali ini terparah sejak Badai Donna menghantam kota yang berada di bagian selatan Sungai Hudson pada 1960 silam. "(badai) Meningkatkan air pasang. Angin kencang memperparah keadaan. Mudah-mudahan ini badai sekali seumur hidup," kata Ahli Meteorologi dari Layanan Cuaca di Brookhaven, New York.
"Seabad lebih kami beroperasi, belum pernah ada catatan situasi sebegini," tambah Ketua Otoritas Transportasi Metropolitan, Joseph Lhota, seperti dikutip Reuters. Sebagian besar wilayah di kota ini mengalami kegelapan, karena pemadaman listrik. Sekitar 6,8 juta kepala keluarga kehilangan akses penerangan. Bursa saham AS, Wallstreet juga dinyatakan ditutup.
Sementara itu ancaman krisis nuklir terjadi di New Jersey. Operator reaktor nuklir di Oyster Creek, meningkatkan status keamanan menghadapi bencana badai kali ini. Komisi Pengawasan Nuklir (NRC) mengeluarkan peringatan setelah level air di sekitar PLTN meningkat.
Dari London, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Michael Tene mengabarkan KBRI di Washington, dan KJRI di New York belum mencatat adanya korban asal Indonesia. Tetapi kata dia, perwakilan pemerintah Indonesia di AS, sudah siap sejak badai diindikasikan akan menghantam kawasan timur AS. "KBRI dan KJRI sudah tentu siap memberikan bantuan untuk WNI di (kawasan) pantai timur (AS),'' kata Tene saat dihubungi, Selasa (30/10).