REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pada tahun 2010 Israel pernah menginstruksikan militernya untuk bersiap-siap menghadapi serangan nuklir Iran. Instruksi oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan, Ehud Barak tersebut kemudian dibatalkan.
Sebagaimana diberitakan stasiun televisi Israel, Chanel 2, Ahad (4/11) perintah itu tidak dilaksanakan, karena pihak oposisi dari panglima angkatan bersenjata saat itu, Jenderal Gabi Ashkenazi, tidak bersedia melaksanakan instruksi tersebut.
Dalam pertemuan para menteri Israel, Senin (5/11), Netanyahu kembali menginstruksikan agar tingkat kesiagaan Militer Israel semakin ditingkatkan dan tentara pasukan khusus ditambah. Netanyahu juga memberikan kode “P” untuk Militer Israel. Kode tersebut berarti mereka harus selalu siaga dan siap mengambil tindakan langsung, jika terjadi serangan.
Namun, langkah yang diambil Netanyahu ditentang oleh beberapa oposisi. Salah satunya adalah Kepala Mossad, Meir Dagan. Ia menyatakan keputusan Netanyahu sangat tergesa-gesa, karena keputusan untuk melancarkan perang terhadap Iran tersebut hanya diputuskan dalam rapat kabinet kecil yang cuma dihadiri 15 orang menteri.
Selain itu, seperti dilaporkan Arabnews, Selasa (6/11), Panglima Militer Ashkenazi juga khawatir dengan langkah yang diambil Netanyahu. Menurutnya hal itu terlalu beresiko. Ia juga takut keputusan tersebut akan menciptakan fakta-fakta baru di lapangan.
Channel 2 juga menampilkan protes Ashkenazi yang membantah keputusan Netanyahu tersebut. Ia mengatakan tentara Israel belum siap dan tidak memiliki sarana operasional dalam mempersiapkan serangan terhadap Iran. Menurutnya keputusan untuk meningkatkan tingkat waspada bukan berarti selalu diterjemahkan dengan perang.