REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia memiliki sederet tokoh Muslimah yang menyandang gelar pahlawan.
Selain RA Kartini dan Nyai Ahmad Dahlan, dari rahim bumi pertiwi pun sempat lahir seorang Muslimah yang mendedikasikan hidupnya untuk agama dan bangsa. Dia adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau HR Rasuna Said.
Sejarah Indonesia mencatat kiprah dan perjuangannya dengan tinta emas. Muslimah yang terlahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 15 September 1910 dan wafat di Jakarta, 2 November 1965 itu dikenal sebagai seorang ahli pidato atau orator yang andal.
Ia tak hanya memperjuangkan persamaan hak antara pria dan wanita, tapi juga kemerdekaan Tanah Air dari penjajah.
Rasuna Said dikenal sebagai pejuang yang berpandangan luas dan berkemauan keras. Selepas menamatkan pendidikan dasarnya, Rasuna said memilih belajar agama. Ia pun menimba ilmu Pesantren Ar-Rasyidiyah, sebagai satu-satunya santri perempuan.
Rasuna Said kemudian melanjutkan pendidikan di Diniyah School Putri di Padang Panjang dan bertemu dengan Rahmah El-Yunusiah.
Jiwanya terpanggil untuk membangun dan memajukan pendidikan kaum wanita. Rasuna Said sempat mengajar di Diniyah School Putri. Pada 1930, ia memutuskan untuk berhenti mengajar. Namun, bukan berarti perhatiannya untuk memajukan kaum perempuan berakhir.
Sang mujahidah memiliki pandangan yang lebih maju. Ia meyakini bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tapi harus disertai perjuangan politik. Rasuna Said sebenarnya sempat berusaha memasukan pendidikan politik dalam kurikulum sekolah Diniyah School Putri, tapi ditolak.