REPUBLIKA.CO.ID, Allah SWT memerintahkan umat manusia agar menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, seperti diterangkan dalam surah Ali Imran ayat 132, "Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
Orang yang menaati Rasulullah SAW berarti ia menaati Allah SWT. Barangsiapa menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan) itu, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. An Nisa: 80).
Allah SWT memerintahkan umat Islam agar mengamalkan apa yang diajarkan Rasulullah SAW dan meninggalkan apa yang dilarangnya yang berkaitan dengan urusan agama.
Sebagaimana Firman Allah, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7).
Menurut Imam Syafi'i, setiap orang yang bersedia menerima sesuatu dari Allah SWT dalam kitab-Nya, juga harus bersedia menerimanya dari Rasulullah SAW karena adanya perintah Allah SWT tersebut di atas.
Ia juga mengemukakan bahwa dalam Alquran banyak terdapat ayat yang mengandung perintah dan larangan yang sifatnya umum. dan itu pun hanya dalam bentuk prinsip dasamya saja, tanpa ada perincian mengenai tata cara pengamalannya.
Dalam hal ini, diperlukan penjelasan dan perincian pelaksanaannya. Seandainya tidak ada perincian dan penjelasan, maka umat manusia tidak dapat melaksanakan perintah yang disampaikan itu sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Alasan bahwa Allah SWT tidak menjamin keterpeliharaan sunah adalah keliru, karena terjemahan kata Al-zikr dalam surah Al Hijr ayat 9 mencakup semua yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi-Nya yang terdiri atas Alquran dan sunah untuk menjelaskan Alquran.