Rabu 11 Jul 2012 19:21 WIB

Kalah, Foke Dihukum Masyarakat Kelas Atas Jakarta

Kemacetan Parah di Jakarta
Foto: Republika/Wihdan
Kemacetan Parah di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik, Henry Subiakto mengatakan hasil hitung cepat Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang sementara mengunggulkan Joko Widodo merupakan bentuk penghukuman masyarakat terhadap kegagalan Fauzi Bowo dalam mengurai kemacetan di ibu kota.

"Terutama masyarakat kelas atas yang selama ini merasa kecewa terhadap kondisi lalu lintas Jakarta yang selalu macet setiap saat," kata Henry Subiakto saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Padahal, kata dia, Foke --sapaan akrab Fauzi Bowo-- dinilai cukup berhasil bagi masyarakat kalangan bawah dengan program-program yang menyentuh mereka secara langsung seperti kesehatan dan pendidikan gratis serta tunjangan guru.

Namun, masyarakat kelas atas yang setiap hari dilanda kemacetan merasa marah dan kecewa terhadap kepemimpinan Foke. Kemarahan masyarakat Jakarta semakin terakumulasi karena iklan politik calon petahana itu justru hanya menampilkan keberhasilan-keberhasilannya.

Menurut Henry, realitas kemacetan dan iklan politik yang menampilkan keberhasilan Foke itu menjadi sebuah paradoks bagi masyarakat kelas atas Jakarta. Di satu sisi masyarakat muak oleh kemacetan, di saat yang sama disuguhi iklan-iklan politik Foke yang ada di jalan-jalan.

"Realitas sebenarnya itulah yang menjadi kampanye yang efektif bagi masyarakat supaya tidak memilih Foke," ujar dosen Universitas Airlangga, Surabaya itu.

Dia mengatakan kondisi itu belum tentu terjadi pada daerah lain yang biasanya calon incumbent memiliki modal politik yang kuat. Dia mencontohkan Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang dinilai berhasil memimpin provinsi itu dan dicintai warganya.

"Realitas di daerah lain berbeda. Masyarakat di daerah lain tidak setiap hari mengalami macet," katanya.

Sebagai incumbent, menurut Henry, maka Foke merupakan figur calon gubernur yang paling dikenal. Tetapi karena tidak bisa menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta, dia menjadi dikenal sebagai figur yang gagal.

"Paling dikenal, tetapi juga paling dikenal karena kegagalannya," pungkas Henry Subiakto.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement