REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak diunggah di situs Youtube pada 12 Agustus 2012 lalu, video ancaman kerusuhan pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 berjudul 'Koboy Cina Pimpin Jakarta' hingga Kamis (23/8) sudah dilihat lebih dari 16 ribu orang. Video itu berisi penolakan dan ancaman terhadap etnis keturunan Tionghoa agar tidak menggunakan hak pilihnya pada ronde kedua Pemilukada DKI.
Video itu menyedot perhatian masyarakat. Setidaknya berbagai tanggapan miring, negatif, positif, pujian, hingga cacian mampir di kolom komentar pada situs Youtube. "Kami tidak takut, karena kami Indonesia... siapapun pembuat video ini hanya ingin memecah belah kita semua, jangan sampai kita terseret isu provokatif murahan seperti ini. Kita ini Indonesia, bukan negara agama, bukan negara perang, kita negara yang berkeadilan sosial dan berkeprikemanusiaan. Lakukan yang kalian mau, namun Jakarta bukan orang bodoh! Jakarta sudah lebih pintar bung!" tulis pemilik akun @billyandreas.
Video tersebut dibuka dengan gambar mantan Presiden pertama RI, Ir Soekarno yang sedang berpidato. Di tengah-tengah pidato muncul stiker berwarna kuning bertuliskan 'Awas! Bahaya Laten Cina Koruptor'. (baca: Video Ancaman Kerusuhan Pilkada DKI Beredar).
Pada detik ke-14, muncul seorang pria berjaket hitam dengan wajah disamarkan. Sembari memegang sebilah senjata tajam seperti sebuah parang, dengan suara serak dan sangar pria yang wajahnya sengaja disamarkan tersebut dengan nada mengancam mengatakan, "Kami pemuda penyelamat Jakarta memberi ultimatum kepada warga keturunan untuk tidak memilih di pemilukada atau...."
Setelah pria itu melontarkan ancamannya, muncul video yang diduga diambil dari kerusuhan Mei 1998 di berbagai daerah di Jakarta, dimana warga keturunan Tionghoa menjadi korbannya. Di video yang memiliki watermark 'Anti China' itu juga diperlihatkan sesosok mayat yang sudah hangus terbakar karena kerusuhan dan digotong warga. Sejumlah motor dan mobil juga dibakar massa di tengah jalan.
Di menit di menit 01:08, pria itu kembali melontarkan ancaman yang sama, "Kami pemuda penyelamat Jakarta memberi ultimatum kepada warga keturunan untuk tidak memilih di pemilukada atau...."