Selasa 22 Jan 2013 19:59 WIB

Phoa Nyok Sen: Temukan Islam Setelah Tertipu Ratusan Juta

Rep: heri purwata/ Red: Heri Ruslan
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  Phoa Nyok Sen alias Alex adalah pedagang Sembako di Pasar Purworejo, Jawa Tengah. Tahun 2000-an, usahanya cukup sukses dengan omzet antara Rp 70-80 juta setiap hari. Namun kejayaan ini lambat laun redup dan akhirnya bangkrut, serta masih harus menanggung utang ratusan juta rupiah.

Kebangkrutan ini akibat ulah karyawan kepercayaannya. Uang hasil berdagangnya seharusnya untuk membayar dagangan, ternyata dikantongi karyawannya tersebut. Akibatnya, Alex yang harus menanggung hutangnya.

Puncaknya, awal tahun 2004, Alex terlilit hutang hingga Rp 800 juta. “Bagi saya hutang ini sangat banyak dan saya merasa tidak sanggup untuk mengembalikan meskipun harus menjual tanah dan rumah,” kata Alex kepada Republika di Purworejo, Jawa Tengah, Ahad (20/1).

Banyaknya utang yang harus ditanggung ini membuat Alex tidak bisa hidup tenteram.

Setiap hari dirinya mendapat teror baik melalui telepon maupun didatangi debt collector yang menagih utang.

Bahkan ada pemberi pinjaman yang menempuh jalur hukum dengan mengajukan gugatan ke pengadilan. Kondisi ini membuat Alex sangat kalut. Dengan kondisi ini, Ia tidak berani keluar rumah pada siang hari karena takut pada penagih utang.

“Saya berusaha untuk mengurung diri. Saya merasa tenteram itu pada malam hari. Ketika semua pintu saya kunci dan lampu saya matikan. Itu baru tenteram. Namun ketika matahari terbit lagi, perasaan menjadi sangat terancam dan tidak tenang,” kata bapak dua anak ini.

Di dalam kekalutan ini, Alex dan isterinya Robiyatul Koriah pernah mempunyai ide untuk mengakhiri hidup saja bersama anak-anaknya. Ia mengusulkan pada isterinya untuk minum obat nyamuk.

Namun ide itu urung dilakukan karena ada teman yang memberi nasehat jika ide itu bukan jalan yang terbaik. Kemudian temannya itu menyarankan untuk menemui seorang ustad yang juga guru di sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purworejo. Ustad tersebut bernama Widadi. Tepatnya, 17 Agustus 2004.

Ketika disarankan menemui ustad, Alex pun tidak merasa yakin permasalahannya dapat segera teratasi. "Ketika diajak ke rumah ustad, saya ya ikut saja dan pikiran masih kalut," katanya.

Di rumah ustad, Alex menceritakan permasalahan yang sedang dialami. "Ya, intinya Curhat," kata Alex.

Kemudian oleh ustad, Alex tidak langsung membaca syahadat. Namun ia diminta untuk tidur di rumah ustad dan melupakan segala permasalahan yang dihadapi.

Setelah bangun, Alex merasakan ada ketenangan. Kemudian meminta diri untuk pulang ke rumahnya. Ia berusaha untuk menjalani hidup seperti biasanya.

Namun dalam beberapa malam tidur di rumahnya, Alex bermimpi ditemui orang tinggi, besar mengenakan pakaian jubah putih dari kepala hingga ujung kakinya. Namun wajahnya transparan dan memancarkan sinar terang sehingga Alex tidak bisa melihat wajah sosok tersebut.

Setelah mimpi, Alex penasaran. Apa maksud dari mimpi ini. Kemudian ia kembali menemui ustadnya dan menceritakan mimpinya. "Mendengar cerita mimpi saya, ustad mengatakan sudah dekat. Saya tanya, sudah dekat apanya?" kata Alex.

Kemudian dijawab ustad, sudah dekat dengan petunjuk Allah SWT. Setelah itu, Alex baru mengucapkan kalimat syahadat.

Setelah masuk Islam, Alex diminta untuk melaksanakan shalat lima waktu. Bagi Alex tugas shalat fardhu ini dirasakan sangat berat. Sebab dirinya hanya bisa membaca Surat Al Fatikah saja. Demikian juga agama yang dianut sebelumnya, Katolik dan Kong Hu Cu tidak ada tuntunan untuk shalat.

"Rasanya, saya tidak mungkin bisa menjalankan shalat lima waktu. Tetapi karena terbentur pada satu permasalahan yang berat dan supaya memiliki iman yang kuat serta permasalahan dapat teratasi, akhirnya saya jalani," kata pria kelahiran 2 Juli 1960 ini.

Selain shalat lima waktu, Alex juga diminta untuk melaksanakan amalan-amalan sunah. Di antaranya, puasa Senin dan Kamis, shalat hajad di malam hari.

Adanya dorongan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi, Alex bisa melaksanakan apa yang dianjurkan ustadnya. "Alhamdulillah setelah masuk Islam dan mengamalkan ajarannya, satu per satu permasalahan dapat teratasi. Di antaranya, tuntutan di pengadilan dicabut, suplaier mempercayai lagi dan memberikan dagangannya," kata Alex.

Kini Alex bisa bernafas lega usaha yang digeluti terus berkembang. Sebelumnya, hanya memiliki satu kios di Pasar Purworejo, kini sudah menjadi dua dengan omzet yang lebih besar dari yang diperoleh sebelumnya.

Alex yang hanya menempuh pendidikan sampai SMP ini sudah bisa hidup lebih sejahtera ketimbang sebelumnya. Bahkan anak keduanya dimasukkan ke pondok pesantren agar memiliki pendidikan agama Islam yang lebih bagus.

Ke depan, jika sudah merasa ada panggilan berencana akan menunaikan ibadah haji. "Saya memang belum mendaftar, tetapi saya yakin suatu ketika jika Allah SWT memanggil, pasti bisa naik haji," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement